Detik-detik penentuan
Diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib bahwa Rasulullah -Shalallahu alaihi wa sallam- bersabda,” Kami pernah bersama Rasulullah mengiringi jenazah seorang lelaki Al-Anshar. Sampailah kami di kuburannya. Ketika digali liang lahatnya, Rasulullah -Shalallahu alaihi wa sallam- duduk dan kamipun duduk mengelilingi beliau, seolah-olah ada burung hinggap di atas kepala kami, sementara di tangan belaiau terdapat kayu yang beliau ketuk-ketukan di atas. Lalu beliau mengangkat kepala sambil bersabda:
” Mintalah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur.” Demikian beliau sabdakan dua atau tiga kali kemudian beliau bersabda,” Sesungguhnya seorang mukmin yang meninggal dunia dan mengahadap alam akhirat, akan ditemui oleh beberapa malaikat dari langit dengan wajah putih bagaikan matahari. Mereka membawa kain kafan dari Jannah hingga duduk dihadapan selebar mata memandang. Lalu datanglah malaikat maut dan duduk di sisinya seraya berkata, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau menuju ampunan Rabbmu dan keridhaan-Nya.” Kemudian keluarlah ruh itu seperti air yang mengalir dari wadahnya. Sang malaikat menyambutnya. Para malaikat itu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu sedikitpun.
Mereka segera mengambilnya dari dari tangan malaikat maut dan meletakkannya dalam kafan yang sudah dibubuhi wewangian, sehingga keluarlah ruh itu dengan bau harum semerbak seperti kesturi terbaik yang ada di muka bumi.” Selanjutnya: Naiklah para malaikat itu membawa membawa ruh tersebut. Setiap kali melewati sekelompok malaikat, mereka ditanya:” Siapakah ruh yang baik ini?” Mereka menjawab,” Fulan bin Fulan,” disebutkan nama terbaik yang digunakannya di langit dunia. Mereka meminta ijin, lalu dibukakan pintu untuk mereka. Disetiap langit mereka dielu-elukan oleh para pengantar mereka ke langit berikutnya hingga mereka sampai kelangit ketujuh. Allah berfirman,” Tulislah catatan amal hambaku ini dalam illiyyin dan kembalikanlah ia ke bumi ke dalam jasadnya.” Lalu datanglah malaikat yang duduk di sisinya sambil bertanya,” Siapakah Rabb-mu?” orang itu menjawab,” Rabb-ku adalah Allah.” Kedua malaikat itu bertanya lagi,” Apa agamamu ?” Orang itu menjawab,” Agamaku adalah Islam.” Kedua malaikat itu bertanya lagi,” Siapa lelaki yang diutus kepadamu ini?” Orang itu menjawab,” Dia adalah Rasulullah.” Kedua malaikat itu bertanya lagi,” Dari mana engkau mengetahuinya?” Lelaki itu menjawab,” Saya membaca kitabullah, mengimani dan membenarkannya.” Lalu datanglah suara berkumandang,” Sungguh benar apa yang telah dikatakan oleh hamba-Ku ini Bentangkanlah tilam dari jannah dan bukakanlah pintu menuju jannah itu .” Selanjutnya datanglah tilam itu dengan bau yang harum, lalu diluaskan kuburnya hingga selebar mata memandang. Lalu datanglah lelaki dengan wajah rupawan dan pakaian yang indah juga berbau wangi. Orang itu bertanya,” Siapkah engkau? wajahmu yang medatangkan kebaikan?” Lelaki itu menjawab,” Saya adalah amal shalihmu.” Orang itu berkata,” Ya Rabbi, tegakanlah hari kiamat, sehingga aku kembali kepada keluargaku dan hartaku ( di Jannah)
Sesungguhnya hamba yang kafir, hendak meninggal dunia dan menghadap alam akhirat, ia didatangi malaikat berwajah hitam dengan membawa masuh ( pakaian dari bulu). Lalu duduklah para malaikat itu di sisinya selebar mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk disisinya sambil berkata,” Wahai jiwa yang jahat! Keluarlah engkau dengan kemarahan dari Allah dan kemurkaan-Nya. Maka berpisahlah ruh dari jasadnya dan malaikat maut mencabut ruhnya seperti saffud dicabut dari bulu wol yang basah. Lalu malaikat maut memegangi ruhnya. Setelah dia memeganginya, maka malaikat azab itu tidak menyiakan kesempatan. Mereka langsung mengambilnya dan meletakkannya didalam masuh tersebut, lalu keluarlah ruh itu dengan berbau bangkai yang terbusuk dimuka bumi. Malaikat itu naik membawa ruh itu. Setiap kali mereka melewati sekelompok malaikat, mereka ditanya,” Siapakah ruh yang busuk ini?” Mereka menjawab,” Ia adalah Fulan bin Fulan.” disebutkan nama terjelek yang disandangnya selama di dunia.” Kemudian Sampailah mereka ke langit dunia. Mereka meminta dibukakan pintu, namun tidak dibukakan untuk mereka. Kemudian Rasulullah membaca firman Allah,
” Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk kedalam jannah sampai unta masuk kedalam lubang jarum.” ( Al-A’raaf: 40)
Allah Azza wa jalla berfirman,” Tulislah amalnya dalam sijjin dibumi yang terendah.” Kemudian Rasulullah membaca ayat,” Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka seoalah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ditempat yang jauh.” ( Al-Hajj:31)
Ruh itupun dikembalikan ke jasadnya, lalu ia didatangi oleh dua malaikat yang langsung bertanya,” Siapakah Rabb-mu?” Orang itu menjawab,” Haah, haah, saya tidak tahu.” Kedua malaikat bertanya lagi,” Apa agamamu?” Orang itu menjawab,” Hah, saya tidak tahu.” Kemudian malaikat itu bertanya lagi,” Siapa lelaki yang di utus kepadamu ini?” Orang itu menjawab lagi,” Haah, saya tidak tahu.” Lalu terdengar suara dari langit,” Ia dusta”. Bentangkanlah tilam dari Naar dan bukakanlah pintu menuju kepadanya. Datanglah tilam itu dengan bau yang busuk dan panasnya yang dahsyat, lalu kuburnya menyempit hingga tulang-tulang rusuknya remuk. Datanglah kepadanya seorang lelaki yang buruk rupa dengan pakaian jelek dan berbau busuk. Lelaki itu berkata,” Terimalah kabar yang jelek bagimu pada hari ini, hari yang telah dijanjikan kepadamu.” Orang bertanya,” Siapakah engkau?” Aku adalah perbuatan jahatmu.” Orang itu berkata,” Ya Rabbi! Janganlah Engkau tegakkan hari kiamat.” Diriwayatkan oleh Ahmad ( Al-Musnad IV: 287), Abu Dawud As-Sunan II: 540 serta Al-Hakim. al-Hakim berkata, Hadits ini shahih, memenuhi persyaratan Al-Bukhari dan Muslim.
Dikutib dari buku Huru-Hara Di Hari Kiamat. Terbitan Pustaka At-Tibyan. Baca perjalanan manusia selanjutnya di buku tersebut. Semoga bermanfaat.
VN:F [1.8.8_1072]
Kamis, 28 Oktober 2010
ada pa dengan do'aku
Suatu hari ketika Ibrahim Bin Adam ‘Alaihisalam di negeri Bashrah, seorang laki-laki dari kaumnya bertanya,” Wahai Ibrahim, kami sudah berdoa kepada Allah, namun kenapa sampai sekarang Allah tidak mengabulkan doa dan permintaan kami?”
Nabi Ibrahim menjawab,” Karena sesungguhnya hati kalian semua telah mati.”
Setelah itu mereka bertanya,” Apakah yang menyebabkan hati kami menjadi mati wahai Ibrahim?”
Nabi Ibrahim menjawab,” Hati kalian mati disebabkan oleh sepuluh hal yaitu:
1. Kalian mengetahui Allah namun kalian tidak pernah menunaikan hak-hak-Nya;
2. Kalian senantiasa membaca kitab (Al-Qur’an) tetapi enggan untuk mengamalkannya;
3. kalian mengikrarkan diri bahwa kalian bahwa kalian mencintai Rasulullah tetapi senantiasa meninggalkan sunnah-sunnanya,
4. Kalian berkata bahwa keberadaan surga adalah nyata tetapi kalian tidak pernah melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikan masuk kedalam surga,
5. Kalian berkata bahwa keberadaan neraka adalah nyata tetapi kalian tidak lari menjauhi perbuatan yang dapat membuat kalian masuk ke dalamnya,
6. Kalian mengetahui hal-hal yang baik tetapi kalian sengaja meninggalkannya,
7. Kalian mgetahui hal-hal yang batil namun tetapi kalian sengaja mengikuti dan mengerjakannya,
8. Kalian mengikrarkan bahwa setan bahwa setan adalah musuh kalian semua tetapi kalian tidak benar-benar menjadikannya setan sebagai musuh, dan lebih memilih mengikutinya,
9. Kalian mengubur jenazah salah satu dari kalian tetapi kalian tidak mengambil pelajaran dari kematian mereka,
10. Kalian senantiasa memakan dan menikmati karunia yang diberikan oleh Allah tetapi kalian tidak pernah bersyukrur kepada-Nya, dan kalian senantiasa sibuk dalam membicarakan aib orang lain dan melupakan aib yang ada pada diri kalian sendiri.
Dengan sepuluh macam perkara yang kalian lakukan ini, maka bagaimana mungkin Allah akan mengabulkan doa-doa dari kalian semua?”
Dikutip dari buku: Wujudkan Impian Anda Dengan Doa. Penerbit: An-Naba.com
Nabi Ibrahim menjawab,” Karena sesungguhnya hati kalian semua telah mati.”
Setelah itu mereka bertanya,” Apakah yang menyebabkan hati kami menjadi mati wahai Ibrahim?”
Nabi Ibrahim menjawab,” Hati kalian mati disebabkan oleh sepuluh hal yaitu:
1. Kalian mengetahui Allah namun kalian tidak pernah menunaikan hak-hak-Nya;
2. Kalian senantiasa membaca kitab (Al-Qur’an) tetapi enggan untuk mengamalkannya;
3. kalian mengikrarkan diri bahwa kalian bahwa kalian mencintai Rasulullah tetapi senantiasa meninggalkan sunnah-sunnanya,
4. Kalian berkata bahwa keberadaan surga adalah nyata tetapi kalian tidak pernah melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikan masuk kedalam surga,
5. Kalian berkata bahwa keberadaan neraka adalah nyata tetapi kalian tidak lari menjauhi perbuatan yang dapat membuat kalian masuk ke dalamnya,
6. Kalian mengetahui hal-hal yang baik tetapi kalian sengaja meninggalkannya,
7. Kalian mgetahui hal-hal yang batil namun tetapi kalian sengaja mengikuti dan mengerjakannya,
8. Kalian mengikrarkan bahwa setan bahwa setan adalah musuh kalian semua tetapi kalian tidak benar-benar menjadikannya setan sebagai musuh, dan lebih memilih mengikutinya,
9. Kalian mengubur jenazah salah satu dari kalian tetapi kalian tidak mengambil pelajaran dari kematian mereka,
10. Kalian senantiasa memakan dan menikmati karunia yang diberikan oleh Allah tetapi kalian tidak pernah bersyukrur kepada-Nya, dan kalian senantiasa sibuk dalam membicarakan aib orang lain dan melupakan aib yang ada pada diri kalian sendiri.
Dengan sepuluh macam perkara yang kalian lakukan ini, maka bagaimana mungkin Allah akan mengabulkan doa-doa dari kalian semua?”
Dikutip dari buku: Wujudkan Impian Anda Dengan Doa. Penerbit: An-Naba.com
sifat mulia yang membuahkan surga
Sifat Mulia yang membuahkan surga
1. Diriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, ‘Aku datang bersama kalian bersama laki-laki dari penduduk surga.’ Lalu muncul seorang laki-laki dari kaum Anshar, di jenggotnya ada air menetes karena habis berwudhu, tangan kirinya menenteng kedua sandalnya. Keesokan harinya, beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda hal yang sama. Lalu muncul laki-laki yang sama dengan keadaan yang sama pula. Pada hari ketiga, Beliau bersabda dengan hal yang sama pula. Lalu laki-laki itu muncul persis seperti keadaannya yang pertama kali. Ketika Rasulullah beranjak pergi, Abdullah bin Amru bin al-’Ash mengikuti laki-laki tersebut sampai dirumahnya beliau lalu mengatakan kepada laki-laki tersebut. “Sebenarnya aku berniat menginap di rumahmu karena aku ingin melihat amalanmu sehingga aku dapat meneladaninya. Tapi setelah aku lihat, amalanmu tidak banyak. Amal apa yang sebenarnya kau lakukan sampai mendapat kedudukan seperti yang disabdakan Rasulullah ?” Kemudian laki – laki itu menjawab “Amalanku hanyalah apa yang seperti engkau lihat, namun aku tidak mendapati dalam diriku sifat berkhianat terhadap seorang muslim pun, dan aku tidak pernah iri pada kebaikan yang Allah berikan kepada siapapun.” Abdullah berkata, “Inilah amalan yang bisa membuatmu mendapatkan kedudukan tersebut…”
Dalam riwayat lain disebutkan, ia berkata, “Aku beranjak ke tempat tidurku ini, sedangkan dalam hatiku tidak menyisakan rasa dengki kepada seorangpun.“
Ibnu Manzhur berkata, “Al-Ghimru adalah rasa iri dan dengki.“
2. Diriwayatkan dari Sufyan bin Dinar, ia berkata, “ Aku berkata kepada Abu Basyir, ‘Kabarkan kepadaku tentang amalan orang-orang sebelum kita?‘ Beliau Menjawab, ‘Mereka beramal sedikit tapi mendapatkan pahala yang banyak.‘ Sufyan berkata, Aku bertanya, ‘ Mengapa bisa begitu?‘ Beliau menjawab, ‘Karena hati mereka bersih dan suci‘.”
*)Di antara hal menakjubkan yang perlu disebutkan kali ini bahwa sebagian besar ulama ketika mendengar hadist Anas tersebut, mereka selalu membaca doa, “Ya Allah, ampunilah ampunilah aku dan orang yang menzhalimiku.“ Sungguh itu merupakan keutamaan yang besar di sisi Allah dan hanya dia berikan kepada orang yang sempurna imannya, bersih jiwanya, dan lapang dada kepada saudara – saudaranya seiman. Ia melatih dan membiasakan jiwanya untuk itu. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Sifat – sifat yang baik itu tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fushshilat: 35).
Dikutib dari buku:
VN:F [1.8.8_1072]
1. Diriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, ‘Aku datang bersama kalian bersama laki-laki dari penduduk surga.’ Lalu muncul seorang laki-laki dari kaum Anshar, di jenggotnya ada air menetes karena habis berwudhu, tangan kirinya menenteng kedua sandalnya. Keesokan harinya, beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda hal yang sama. Lalu muncul laki-laki yang sama dengan keadaan yang sama pula. Pada hari ketiga, Beliau bersabda dengan hal yang sama pula. Lalu laki-laki itu muncul persis seperti keadaannya yang pertama kali. Ketika Rasulullah beranjak pergi, Abdullah bin Amru bin al-’Ash mengikuti laki-laki tersebut sampai dirumahnya beliau lalu mengatakan kepada laki-laki tersebut. “Sebenarnya aku berniat menginap di rumahmu karena aku ingin melihat amalanmu sehingga aku dapat meneladaninya. Tapi setelah aku lihat, amalanmu tidak banyak. Amal apa yang sebenarnya kau lakukan sampai mendapat kedudukan seperti yang disabdakan Rasulullah ?” Kemudian laki – laki itu menjawab “Amalanku hanyalah apa yang seperti engkau lihat, namun aku tidak mendapati dalam diriku sifat berkhianat terhadap seorang muslim pun, dan aku tidak pernah iri pada kebaikan yang Allah berikan kepada siapapun.” Abdullah berkata, “Inilah amalan yang bisa membuatmu mendapatkan kedudukan tersebut…”
Dalam riwayat lain disebutkan, ia berkata, “Aku beranjak ke tempat tidurku ini, sedangkan dalam hatiku tidak menyisakan rasa dengki kepada seorangpun.“
Ibnu Manzhur berkata, “Al-Ghimru adalah rasa iri dan dengki.“
2. Diriwayatkan dari Sufyan bin Dinar, ia berkata, “ Aku berkata kepada Abu Basyir, ‘Kabarkan kepadaku tentang amalan orang-orang sebelum kita?‘ Beliau Menjawab, ‘Mereka beramal sedikit tapi mendapatkan pahala yang banyak.‘ Sufyan berkata, Aku bertanya, ‘ Mengapa bisa begitu?‘ Beliau menjawab, ‘Karena hati mereka bersih dan suci‘.”
*)Di antara hal menakjubkan yang perlu disebutkan kali ini bahwa sebagian besar ulama ketika mendengar hadist Anas tersebut, mereka selalu membaca doa, “Ya Allah, ampunilah ampunilah aku dan orang yang menzhalimiku.“ Sungguh itu merupakan keutamaan yang besar di sisi Allah dan hanya dia berikan kepada orang yang sempurna imannya, bersih jiwanya, dan lapang dada kepada saudara – saudaranya seiman. Ia melatih dan membiasakan jiwanya untuk itu. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Sifat – sifat yang baik itu tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fushshilat: 35).
Dikutib dari buku:
VN:F [1.8.8_1072]
indahnya pertemuan itu
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah mempunyai banyak malaikat yang berkeliling di jalan-jalan untuk mencari orang yang ahli dzikir. Apabila mereka mendapati sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka saling berseru, ’mari tunaikan hajat kalian’.”
Rasulullah bersabda,” Lalu mereka menaungi sekelompok orang tersebut dengan sayap-sayap mereka hingga sampai ke langit dunia.”
Beliau bersabda,” Lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka padahal Dia Maha Mengetahui keadaan mereka,’ Apa yang diucakan hamba-hamba-Ku?’”
Beliau bersabda,” Malaikat menjawab,’ Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid dan memuliakan-Mu’.”
Beliau bersabda,” Allah Ta’ala berfirman,’ Apakah mereka melihat-Ku?’.”
Beliau bersabda,”Para malaikat menjawab,’ Demi Allah tidak mereka tidak melihat-Mu’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?’.”
Beliau bersabda,” Para malaikat menjawab,’Jika mereka melihat-Mu, pasti mereka lebih giat beribadah, memuliakan, memuji, dan bertasbih untuk-Mu’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Apa yang mereka minta kepada-Ku?’.”
Beliau bersabda,”Para malaikat menjawab,’ Mereka meminta surga kepada-Mu?’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Apakah mereka pernah melihatnya?’.”
Beliau bersabda,” Para malaikat menjawab,’ Wahai Rabb, demi Allah tidak, mereka tidak melihatnya’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Bagimana seandainya mereka mereka melihatnya?’.’’
Beliau bersabda,”Para malaikat menjawab,’ Seandainya mereka melihatnya pasti mereka lebih semangat, lebih bersungguh-sungguh dan sangat besar kecintaan mereka untuk mendapatkannya’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Mereka meminta perlindungan dari apa?’”
Beliau bersabda,” Para malaikat menjawab,’ Dari api neraka’.”
Beliaubersabda,”Allah berfirman,’ Apakah mereka pernah melihatnya?’”
Beliau bersabda,”Para malaikat menjawab,’ Wahai Rabb, demi Allah tidak, mereka tidak melihatnya’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Bagimana seandainya mereka mereka melihatnya?’.’’
Beliau bersabda,”Para malaikat menjawab,’ Kalau seandainya mereka melihatnya pasti mereka sangat takut dan menjauhinya’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Aku persaksikan pada kalian, sungguh Aku telah mengampuni mereka’.”
Beliau bersabda,” Kemudian ada salah satu malaikat berkata,’ Tapi diantara mereka ada si Fulan yang tidak termasuk golongan mereka, dia datang untuk keperluan lain?’”
Allah Berfirman,” Mereka adalah adalah satu mejelis dan orang yang bermajelis dengan mereka tidak akan celaka’.” (Mutafaqun ‘alaihi)
Dalam riwayat Muslim disebutkan,” Allah ta’ala berfirman,’ Dan baginya ampunan-Ku, karena mereka dan orang yang bermajelis dengan mereka adalah salah satu kaum yang tidak akan celaka’.”
Dikutip dari buku,” Tiket Perjalanan Ke Alam Surga.” Terbitan: Pustaka At-Tibyan
VN:F [1.8.8_1072]
“Sesungguhnya Allah mempunyai banyak malaikat yang berkeliling di jalan-jalan untuk mencari orang yang ahli dzikir. Apabila mereka mendapati sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka saling berseru, ’mari tunaikan hajat kalian’.”
Rasulullah bersabda,” Lalu mereka menaungi sekelompok orang tersebut dengan sayap-sayap mereka hingga sampai ke langit dunia.”
Beliau bersabda,” Lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka padahal Dia Maha Mengetahui keadaan mereka,’ Apa yang diucakan hamba-hamba-Ku?’”
Beliau bersabda,” Malaikat menjawab,’ Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid dan memuliakan-Mu’.”
Beliau bersabda,” Allah Ta’ala berfirman,’ Apakah mereka melihat-Ku?’.”
Beliau bersabda,”Para malaikat menjawab,’ Demi Allah tidak mereka tidak melihat-Mu’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?’.”
Beliau bersabda,” Para malaikat menjawab,’Jika mereka melihat-Mu, pasti mereka lebih giat beribadah, memuliakan, memuji, dan bertasbih untuk-Mu’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Apa yang mereka minta kepada-Ku?’.”
Beliau bersabda,”Para malaikat menjawab,’ Mereka meminta surga kepada-Mu?’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Apakah mereka pernah melihatnya?’.”
Beliau bersabda,” Para malaikat menjawab,’ Wahai Rabb, demi Allah tidak, mereka tidak melihatnya’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Bagimana seandainya mereka mereka melihatnya?’.’’
Beliau bersabda,”Para malaikat menjawab,’ Seandainya mereka melihatnya pasti mereka lebih semangat, lebih bersungguh-sungguh dan sangat besar kecintaan mereka untuk mendapatkannya’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Mereka meminta perlindungan dari apa?’”
Beliau bersabda,” Para malaikat menjawab,’ Dari api neraka’.”
Beliaubersabda,”Allah berfirman,’ Apakah mereka pernah melihatnya?’”
Beliau bersabda,”Para malaikat menjawab,’ Wahai Rabb, demi Allah tidak, mereka tidak melihatnya’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Bagimana seandainya mereka mereka melihatnya?’.’’
Beliau bersabda,”Para malaikat menjawab,’ Kalau seandainya mereka melihatnya pasti mereka sangat takut dan menjauhinya’.”
Beliau bersabda,”Allah berfirman,’ Aku persaksikan pada kalian, sungguh Aku telah mengampuni mereka’.”
Beliau bersabda,” Kemudian ada salah satu malaikat berkata,’ Tapi diantara mereka ada si Fulan yang tidak termasuk golongan mereka, dia datang untuk keperluan lain?’”
Allah Berfirman,” Mereka adalah adalah satu mejelis dan orang yang bermajelis dengan mereka tidak akan celaka’.” (Mutafaqun ‘alaihi)
Dalam riwayat Muslim disebutkan,” Allah ta’ala berfirman,’ Dan baginya ampunan-Ku, karena mereka dan orang yang bermajelis dengan mereka adalah salah satu kaum yang tidak akan celaka’.”
Dikutip dari buku,” Tiket Perjalanan Ke Alam Surga.” Terbitan: Pustaka At-Tibyan
VN:F [1.8.8_1072]
Sabtu, 23 Oktober 2010
tobatnya Abihurairah
Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Pada suatu malam setelah salat Isya saya keluar bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba di hadapanku ada seorang wanita bercadar yg sedang berdiri di tengah jalan, seraya berkata, "Wahai Abu Hurairah! Sesungguhnya aku telah melakukan perbuatan dosa besar. Apakah masih ada kesempatan bagiku untuk bertobat?"
Lalu saya tanya wanita itu, "Apakah dosamu itu?"
Dia menjawab, "Aku telah berzina dan membunuh anakku dari hasil zina itu." Kukatakan padanya, "Kau telah binasakan dirimu dan telah binasakan orang lain. Demi Allah, tidak ada kesempatan bertobat bagimu."
Mendengar jawabanku, wanitu itu menjerit histeris dan jatuh pingsan. Setelah siuman dia pun lantas pergi. Aku berkata di dalam hati, "Aku berfatwa, padahal Rasulullah saw. ada ditengah-tengah kami?"
Pada pagi harinya aku menemui Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah! Tadi malam ada seorang wanita meminta fatwa kepadaku berkenaan dengan ini…. dan ini…." Setelah mendengar penjelasan aku, beliau bersabda, "Innaa lillahi wa inna ilahi raajiun! Demi Allah, celakalah engkau dan telah mencelakakan orang lain. Tidakkah kau ingat ayat ini : "Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Furqaan:68-70)
Maka aku keluar dari sisi Rasulullah saw. dan berlari menyusuri gang-gang jalan Madinah, sambil bertanya-tanya, "Siapakah yg bisa menunjukkan aku kepada seorang wanita yang meminta fatwa kepadaku tentang begini dan begini tadi malam?" Sementara anak-anak bersorak, "Abu Hurairah sudah gila!" Hingga menjelang larut malam, baru aku menemukannya di tempat itu.
Maka kuberitahukan segera pada wanita itu seperti apa yang dikatakan Rasulullah saw. bahwa dia boleh bertobat. Wanita itu kembali menjerit kegirangan seraya berkata, "Kebun yg kumiliki akan kusedekahkan kepada orang-orang miskin karena dosaku."
Lalu saya tanya wanita itu, "Apakah dosamu itu?"
Dia menjawab, "Aku telah berzina dan membunuh anakku dari hasil zina itu." Kukatakan padanya, "Kau telah binasakan dirimu dan telah binasakan orang lain. Demi Allah, tidak ada kesempatan bertobat bagimu."
Mendengar jawabanku, wanitu itu menjerit histeris dan jatuh pingsan. Setelah siuman dia pun lantas pergi. Aku berkata di dalam hati, "Aku berfatwa, padahal Rasulullah saw. ada ditengah-tengah kami?"
Pada pagi harinya aku menemui Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah! Tadi malam ada seorang wanita meminta fatwa kepadaku berkenaan dengan ini…. dan ini…." Setelah mendengar penjelasan aku, beliau bersabda, "Innaa lillahi wa inna ilahi raajiun! Demi Allah, celakalah engkau dan telah mencelakakan orang lain. Tidakkah kau ingat ayat ini : "Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Furqaan:68-70)
Maka aku keluar dari sisi Rasulullah saw. dan berlari menyusuri gang-gang jalan Madinah, sambil bertanya-tanya, "Siapakah yg bisa menunjukkan aku kepada seorang wanita yang meminta fatwa kepadaku tentang begini dan begini tadi malam?" Sementara anak-anak bersorak, "Abu Hurairah sudah gila!" Hingga menjelang larut malam, baru aku menemukannya di tempat itu.
Maka kuberitahukan segera pada wanita itu seperti apa yang dikatakan Rasulullah saw. bahwa dia boleh bertobat. Wanita itu kembali menjerit kegirangan seraya berkata, "Kebun yg kumiliki akan kusedekahkan kepada orang-orang miskin karena dosaku."
andaikata lebih panjang lagi
Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.Kemudian Rosulullah berkata,"tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?" Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal"
"Apa yang di katakannya?"
"saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong."
"Bagaimana bunyinya?" desak Rosulullah.
Istri yang setia itu menjawab,"suami saya mengatakan "Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru....andaikata semuanya...." hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"
Rosulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,"ujarnya.
Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi".Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanyalebih besar pula.
Ucapan lainnya ya Rosulullah?"tanya sang istri mulai tertarik.
Nabi menjawab,"adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi".Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.
Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?" tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan,"ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ' kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda. Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri.Karena itu Allah mengingatkan: "kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Danjika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula."(surat Al Isra':7)
"Apa yang di katakannya?"
"saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong."
"Bagaimana bunyinya?" desak Rosulullah.
Istri yang setia itu menjawab,"suami saya mengatakan "Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru....andaikata semuanya...." hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"
Rosulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,"ujarnya.
Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi".Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanyalebih besar pula.
Ucapan lainnya ya Rosulullah?"tanya sang istri mulai tertarik.
Nabi menjawab,"adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi".Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.
Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?" tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan,"ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ' kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda. Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri.Karena itu Allah mengingatkan: "kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Danjika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula."(surat Al Isra':7)
malaikat yang menjelma
"(Ingatlah), ketika malaikat berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya Allahmenggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengankalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih Isa putra Maryam,seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yangdidekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian danketika sudah dewasa dan dia termasuk diantara orang-orang yang saleh."(Ali-Imran:45-46)
Pada saat itu, malaikat Jibril a.s. mengubah bentuknya menjadi manusia yangsangat sempurna, karenanya (Maryam) tidak dapat melihat Jibril a.s. dalambentuk aslinya. Allah berfirman, "Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalamAl-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempatdi sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka.Lalu Kami utus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalambentuk) manusia yang sempurna." (Maryam: 16-17)
Ketika Maryam melihat seorang pemuda yang sangat tampan (penjelmaan malaikatJibril a.s.) di hadapannya, menembus tabir yang dibuatnya, ia mengira bahwapemuda tampan itu ingin berbuat jahat kepadanya. Sementara, dia adalahseorang wanita bersih dan suci yang ditumbuhkan Allah SWT dengan pertumbuhanyang baik. Maka ia segera berlindung kepada Allah SWT, "Sesungguhnya akuberlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yangbertakwa." "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untukmemberimu seorang anak laki-laki yang suci," ujar Jibril a.s. "Bagaimanaakan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina?," jawab Maryam tegas."Demikianlah Tuhanmu berfirman, 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan agar dapatKami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami.Dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan,' jawab Jibril a.s.menjelaskan (Maryam: 18-21)
Kadang-kadang para malaikat mengubah bentuk sebagai orang biasa dan menemuisebagian manusia, guna memberikan kabar yang menggembirakannya danmelapangkan dadanya atas perbuatan dan tingkah lakunya yang baik sertakarakteristiknya yang mulia.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Rasulullah saw bersabda : "Ada seorang lelaki yang ingin mengunjungi
saudaranya di sebuah desa. Di dalam perjalanannya Allah SWT mengutus seorang
malaikat untuk mengawasinya. Ketika lelaki itu sampai padanya, malaikat itu
berkata, "Kemanakah engkau akan pergi?' Lelaki itu menjawab, 'Aku ingin
mengunjungi saudaraku di desa ini.' Malaikat itu bertanya lagi, 'Apakah
engkau punya kepentingan dari kenikmatan di desa ini?' Lelaki itu menjawab,
'Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.' Kemudian malaikat itu
berkata, 'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT yang diutus kepadamu,
bahwa Allah juga mencintaimu sebagaimana kamu mencintai-Nya.'"
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.. Iamendengar Rasulullah bersabda, "Ada tiga orang dari kalangan Bani Israel,yang pertama menderita kusta, kedua berkepala botak, dan ketiga matanyabuta. Allah SWT ingin menguji mereka dengan mengutus salah seorang malaikat.Lalu malaikat itu (yang sudah mengubah bentuk menjadi manusia) mendatangiseorang yang menderita kusta itu sembari bertanya, 'Apakah gerangan yangengkau sukai?' Orang itu menjawab, 'Warna yang bagus, kulit yang mulus, dansembuhnya penyakit yang membuat semua orang merasa jijik padaku.' Kemudianmalaikat itu mengusapnya hingga penyakit yang membuat orang jijik padanyalenyap, serta memberinya warna yang bagus dan kulit yang mulus. Setelah itumalaikat bertanya lagi, 'Harta apakah yang engkau inginkan?' Orang itumenjawab, 'Seekor unta.' Lalu malaikat itu memberikan seekor unta betinayang sedang hamil tua seraya berkata, "Semoga Allah SWT, menganugerahkanberkah-Nya padamu dengan unta ini.'
Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak sambil bertanya,'Apakah gerangan yang engkau sukai?' Lelaki itu menjawab, 'Rambut yang bagusdan kesembuhan dari penyakit yang membuat orang jijik padaku.' Malaikatitu mengusapnya kemudian berlalu setelah memberinya rambut yang bagus. Lebihlanjut malaikat itu bertanya, 'Harta apakah yang engkau inginkan?' Lelakiitu menjawab, 'Seekor sapi.' Malaikat itu memberinya seekor sapi yang sedangbunting seraya berujar, 'Semoga Allah menganugerahkan berkah-Nya kepadamudengan seekor sapi ini.'
Setelah itu malaikat tersebut mendatangi orang yang buta dan berkata,'Apakah gerangan yang sangat engkau inginkan?' Lelaki buta menjawab, 'AllahSWT mengembalikan penglihatanku hingga aku bisa melihat manusia.' Malaikatitu mengusapnya dan kembalilah penglihatannya. Selanjutnya malaikat ituberkata, "Harta apakah yang engkau inginkan?' Lelaki itu menjawab, 'Seekorkambing.' Malaikat itu mengabulkannya dengan memberikan seekor kambing yangsedang bunting. Hewan yang ini melahirkan dan yang ini melahirkan. Akhirnya,orang ini memiliki lahan peternakan unta, orang ini memiliki lahanpeternakan sapi dan orang ini memiliki lahan peternakan kambing.
Setelah itu malaikat mendatangi orang yang pernah menderita penyakit kustadengan menyamar sebagai orang tua yang menderita kusta seraya berkata,'Seorang lelaki miskin yang hidup sebatang kara dalam perjalanan hidupnya.Hari ini ia tidak bisa memohon kepada siapa pun kecuali Allah SWT kemudiankepadamu. Aku meminta kepadamu apa-apa yang telah dianugerahkan (Allah SWT)kepadamu, warna yang bagus, kulit yang mulus, dan harta yang berupa untauntuk kelangsungan hidupku.' Lelaki itu berkata, 'Banyak sekali hak-hak yangkau minta.' Malaikat itu berkata, 'Sepertinya aku mengenalmu. Bukankahengkau dulu juga seorang penderita kusta yang dikucilkan masyarakat. Saatitu engkau sangat miskin dan kemudian Allah SWT menganugerahkan kekayaanpadamu?' 'Harta ini kuwarisi secara turun temurun,' ujar lelaki itu dengansombong. 'Jika engkau berbohong, maka Allah SWT mengembalikanmu sepertikeadaan semula…."
Beliau melanjutkan, "Lalu malaikat itu mendatangi orang yang pernahmenderita kebotakan dangan menyamar sebagai seorang lelaki botak sepertidirinya. Ia mengatakan seperti apa yang dikatakannya kepada lelaki yangmenderita kusta di atas. Dan diapun menjawab seperti apa yang dijawab olehrekannya. Kemudian malaikat berkata, 'Jika engkau berbohong, maka Allah SWTakan mengembalikanmu pada keadaanmu semula…'"
Beliau bersabda, "Setelah itu ia mendatangi orang yang pernah kehilanganpenglihatannya dengan menyamar sebagai lelaki tua buta dan berkata, 'Seoranglelaki miskin dan Ibnu Sabil. Dalam perjalanan hidupku aku tidak lagimemiliki siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa. Hari ini tidak adaseorangpun yang kuminta, kecuali Allah SWT kemudian kepadamu. Aku memintaatas nama yang mengembalikan penglihatanmu, seekor kambing guna kelangsunganhidupku. Lelaki itu berkata, 'Aku pernah mengalami kebutaan, lalu Allah SWTmengembalikan penglihatanku seperti sedia kala. Ambilah sesukamu dantinggalkan sesukamu. Demi Allah, hari ini aku tidak akan mempersulit segalasesuatu yang ingin kau ambil, demi Allah. (Yakni aku tidak akanmempersulitmu dengan menolak sesuatu yang ingin kau minta dan kau ambil).'Lalu malaikat itu berkata, 'Peliharalah apa-apa yang kau miliki.Sesungguhnya kalian telah diuji. Sesungguhnya Allah SWT meridhaimu danmemurkai kedua rekanmu.'"
Pada saat itu, malaikat Jibril a.s. mengubah bentuknya menjadi manusia yangsangat sempurna, karenanya (Maryam) tidak dapat melihat Jibril a.s. dalambentuk aslinya. Allah berfirman, "Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalamAl-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempatdi sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka.Lalu Kami utus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalambentuk) manusia yang sempurna." (Maryam: 16-17)
Ketika Maryam melihat seorang pemuda yang sangat tampan (penjelmaan malaikatJibril a.s.) di hadapannya, menembus tabir yang dibuatnya, ia mengira bahwapemuda tampan itu ingin berbuat jahat kepadanya. Sementara, dia adalahseorang wanita bersih dan suci yang ditumbuhkan Allah SWT dengan pertumbuhanyang baik. Maka ia segera berlindung kepada Allah SWT, "Sesungguhnya akuberlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yangbertakwa." "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untukmemberimu seorang anak laki-laki yang suci," ujar Jibril a.s. "Bagaimanaakan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina?," jawab Maryam tegas."Demikianlah Tuhanmu berfirman, 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan agar dapatKami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami.Dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan,' jawab Jibril a.s.menjelaskan (Maryam: 18-21)
Kadang-kadang para malaikat mengubah bentuk sebagai orang biasa dan menemuisebagian manusia, guna memberikan kabar yang menggembirakannya danmelapangkan dadanya atas perbuatan dan tingkah lakunya yang baik sertakarakteristiknya yang mulia.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Rasulullah saw bersabda : "Ada seorang lelaki yang ingin mengunjungi
saudaranya di sebuah desa. Di dalam perjalanannya Allah SWT mengutus seorang
malaikat untuk mengawasinya. Ketika lelaki itu sampai padanya, malaikat itu
berkata, "Kemanakah engkau akan pergi?' Lelaki itu menjawab, 'Aku ingin
mengunjungi saudaraku di desa ini.' Malaikat itu bertanya lagi, 'Apakah
engkau punya kepentingan dari kenikmatan di desa ini?' Lelaki itu menjawab,
'Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.' Kemudian malaikat itu
berkata, 'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT yang diutus kepadamu,
bahwa Allah juga mencintaimu sebagaimana kamu mencintai-Nya.'"
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.. Iamendengar Rasulullah bersabda, "Ada tiga orang dari kalangan Bani Israel,yang pertama menderita kusta, kedua berkepala botak, dan ketiga matanyabuta. Allah SWT ingin menguji mereka dengan mengutus salah seorang malaikat.Lalu malaikat itu (yang sudah mengubah bentuk menjadi manusia) mendatangiseorang yang menderita kusta itu sembari bertanya, 'Apakah gerangan yangengkau sukai?' Orang itu menjawab, 'Warna yang bagus, kulit yang mulus, dansembuhnya penyakit yang membuat semua orang merasa jijik padaku.' Kemudianmalaikat itu mengusapnya hingga penyakit yang membuat orang jijik padanyalenyap, serta memberinya warna yang bagus dan kulit yang mulus. Setelah itumalaikat bertanya lagi, 'Harta apakah yang engkau inginkan?' Orang itumenjawab, 'Seekor unta.' Lalu malaikat itu memberikan seekor unta betinayang sedang hamil tua seraya berkata, "Semoga Allah SWT, menganugerahkanberkah-Nya padamu dengan unta ini.'
Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak sambil bertanya,'Apakah gerangan yang engkau sukai?' Lelaki itu menjawab, 'Rambut yang bagusdan kesembuhan dari penyakit yang membuat orang jijik padaku.' Malaikatitu mengusapnya kemudian berlalu setelah memberinya rambut yang bagus. Lebihlanjut malaikat itu bertanya, 'Harta apakah yang engkau inginkan?' Lelakiitu menjawab, 'Seekor sapi.' Malaikat itu memberinya seekor sapi yang sedangbunting seraya berujar, 'Semoga Allah menganugerahkan berkah-Nya kepadamudengan seekor sapi ini.'
Setelah itu malaikat tersebut mendatangi orang yang buta dan berkata,'Apakah gerangan yang sangat engkau inginkan?' Lelaki buta menjawab, 'AllahSWT mengembalikan penglihatanku hingga aku bisa melihat manusia.' Malaikatitu mengusapnya dan kembalilah penglihatannya. Selanjutnya malaikat ituberkata, "Harta apakah yang engkau inginkan?' Lelaki itu menjawab, 'Seekorkambing.' Malaikat itu mengabulkannya dengan memberikan seekor kambing yangsedang bunting. Hewan yang ini melahirkan dan yang ini melahirkan. Akhirnya,orang ini memiliki lahan peternakan unta, orang ini memiliki lahanpeternakan sapi dan orang ini memiliki lahan peternakan kambing.
Setelah itu malaikat mendatangi orang yang pernah menderita penyakit kustadengan menyamar sebagai orang tua yang menderita kusta seraya berkata,'Seorang lelaki miskin yang hidup sebatang kara dalam perjalanan hidupnya.Hari ini ia tidak bisa memohon kepada siapa pun kecuali Allah SWT kemudiankepadamu. Aku meminta kepadamu apa-apa yang telah dianugerahkan (Allah SWT)kepadamu, warna yang bagus, kulit yang mulus, dan harta yang berupa untauntuk kelangsungan hidupku.' Lelaki itu berkata, 'Banyak sekali hak-hak yangkau minta.' Malaikat itu berkata, 'Sepertinya aku mengenalmu. Bukankahengkau dulu juga seorang penderita kusta yang dikucilkan masyarakat. Saatitu engkau sangat miskin dan kemudian Allah SWT menganugerahkan kekayaanpadamu?' 'Harta ini kuwarisi secara turun temurun,' ujar lelaki itu dengansombong. 'Jika engkau berbohong, maka Allah SWT mengembalikanmu sepertikeadaan semula…."
Beliau melanjutkan, "Lalu malaikat itu mendatangi orang yang pernahmenderita kebotakan dangan menyamar sebagai seorang lelaki botak sepertidirinya. Ia mengatakan seperti apa yang dikatakannya kepada lelaki yangmenderita kusta di atas. Dan diapun menjawab seperti apa yang dijawab olehrekannya. Kemudian malaikat berkata, 'Jika engkau berbohong, maka Allah SWTakan mengembalikanmu pada keadaanmu semula…'"
Beliau bersabda, "Setelah itu ia mendatangi orang yang pernah kehilanganpenglihatannya dengan menyamar sebagai lelaki tua buta dan berkata, 'Seoranglelaki miskin dan Ibnu Sabil. Dalam perjalanan hidupku aku tidak lagimemiliki siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa. Hari ini tidak adaseorangpun yang kuminta, kecuali Allah SWT kemudian kepadamu. Aku memintaatas nama yang mengembalikan penglihatanmu, seekor kambing guna kelangsunganhidupku. Lelaki itu berkata, 'Aku pernah mengalami kebutaan, lalu Allah SWTmengembalikan penglihatanku seperti sedia kala. Ambilah sesukamu dantinggalkan sesukamu. Demi Allah, hari ini aku tidak akan mempersulit segalasesuatu yang ingin kau ambil, demi Allah. (Yakni aku tidak akanmempersulitmu dengan menolak sesuatu yang ingin kau minta dan kau ambil).'Lalu malaikat itu berkata, 'Peliharalah apa-apa yang kau miliki.Sesungguhnya kalian telah diuji. Sesungguhnya Allah SWT meridhaimu danmemurkai kedua rekanmu.'"
banyaklah berdzikirt
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling di jalan-jalan guna mencari hamba ahli berzikir. Jika mereka mendapati kaum yang selalu berzikir kepada Allah SWT, mereka menyerunya, `Serukanlah kebutuhan kalian.' Kemudian mereka membawanya dengan sayap-sayapnya ke atas langit bumi. Lalu mereka ditanya oleh Rabb-nya (Dia Maha Mengetahui), `Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?' Para malaikat menjawab, `Mereka menyucikan dan mengagungkan Engkau, memuji dan memuliakan Engkau.' Allah berfirman, `Apakah mereka melihat-Ku?' Para malaikat menjawab, `Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu.' Allah berfirman, `Bagaimana kalau mereka melihat Aku?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihat-Mu, tentunya ibadah mereka akan bertambah, tambah menyucikan dan memuliakan Engkau.' Allah SWT berfirman, `Apa yang mereka minta?' Para malaikat berkata, `Mereka memohon surga kepada-Mu.' Allah berfirman, `Apakah mereka pernah melihatnya?' Para malaikat berkata, `Tidak, demi Allah, mereka tidak pernah melihatnya.' Allah SWT berfirman, `Bagaimana kalau mereka melihatnya?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berhasrat serta tamak dalam memohon dan memintanya.' Allah SWT berfirman, `Pada apa mereka memohon perlindungan?' Para malaikat berkata, `Mereka memohon perlindungan dari neraka-Mu.' Allah SWT berfirman, `Apakah mereka pernah melihatnya?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berlari menjauhinya dan semakin takut.' Allah SWT berfirman, `Kalian Aku jadikan saksi bahwa Aku telah mengampuni mereka.'
Salah seorang dari malaikat itu berkata, `Di dalam kelompok mereka terdapat si Fulan yang bukan bagian dari mereka. Ia datang ke sana hanya untuk suatu keperluan.' Allah SWT berfirman, `Anggota majelis itu tidak menyengsarakan orang yang duduk bergabung dalam majelis mereka.'"
Salah seorang dari malaikat itu berkata, `Di dalam kelompok mereka terdapat si Fulan yang bukan bagian dari mereka. Ia datang ke sana hanya untuk suatu keperluan.' Allah SWT berfirman, `Anggota majelis itu tidak menyengsarakan orang yang duduk bergabung dalam majelis mereka.'"
pisang
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 1 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
PISANG
( Musa spp )
1. SEJARAH SINGKAT
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan
Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Jenis pisang dibagi menjadi tiga:
1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var
Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya
pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 2 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma
typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk
dan kepok.
3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya.
Misalnya pisang batu dan klutuk.
4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
3. MANFAAT TANAMAN
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral
dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan
tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses
fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus
berbagai macam makanan trandisional Indonesia.
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang
yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak
ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput
tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri
dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat
sakit kencing dan penawar racun.
4. SENTRA PENANAMAN
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat
produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon.
Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun
demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang
segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri
Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997
adalah ke Cina.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun
demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air,
pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi
produksinya tidak dapat diharapkan.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 3 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3) Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi
curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak
tergenang.
5.2. Media Tanam
1) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah
berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah
berhumus dengan pemupukan.
2) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman
pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50
- 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150
cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang
yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah
yang mengandung garam 0,07%.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat
tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon,
nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).
1) Persyaratan Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi
15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit
akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit
anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik
digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di
dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun
masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada
bibit dengan daun yang lebar.
2) Penyiapan Bibit
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri.
Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu
banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.
3) Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi
perlakuan sebagai berikut:
a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi
mengering. Buang daun-daun yang lebar.
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama
10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air
panas beberapa menit.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Pembukaan Lahan
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan
letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan
sosial.
Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput
atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan
sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.
2) Pembentukan Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan
tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan
rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman
legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi,
pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.
3) Pembuatan Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah
datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi
dari landasan saluran itu sendiri.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama
memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara
tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau
tanaman pangan semusim.
Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi,
pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa
dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen
dengan kelapa.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau
40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah
sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
3) Cara Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum
tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–
20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang.
Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun
terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah
5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
2) Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan
juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan
penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak.
Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah
permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
3) Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan
sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 6 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
4) Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang
memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur
sebagai sumber kalsium.
Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan
yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam
setahun).
5) Pengairan dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya
terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air
yang berada di antara barisan tanaman pisang.
6) Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah.
Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma,
tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal
sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh
dipasang terus menerus.
7) Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong
agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang
sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung
plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25
cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa
sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah
ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat
beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan
sedalam 30 cm ke dalam tanah.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubun g
dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida
yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke
atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian:
sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit
yang telah disucihamakan.
3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk
rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan
bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan
dengan kadar lempung kecil.
4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah
abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.
7.2. Penyakit
1) Penyakit darah
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah
jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan
seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman
yang sakit.
2) Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam,
pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.
Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 8 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
3) Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan
gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan
menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux
(BB).
4) Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman
layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
5) Daun pucuk
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian
yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara
berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang
sakit.
7.3. Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan
menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:
1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.
2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan,
tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya
Geophila repens.
3) Menutup tanah dengan plastik polietilen.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh
umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera.
Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah
yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan
pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan
sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya
buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.
8.2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang
diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 9 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik
supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.
Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh
pergesekan buah dengan tanah.
Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali.
Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari
permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan
tunas.
8.3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali
tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
8.4. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28
ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk
perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang
ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
9. PASCAPANEN
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk
mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan
kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan
dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan
dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke
dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di
ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa Barat pada
tahun 1999.
1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4 adalah:
1. Tahun ke-1 Rp. 5.338.000,-
2. Tahun ke-2 Rp. 4.235.000,-
3. Tahun ke-3 Rp. 4.518.000,-
4. Tahun ke-4 Rp. 4.545.300,-
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Penerimaan tahun ke I sampai IV *)
1. Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan Rp. 6.000.000,-
2. Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
3. Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
4. Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
3) Keuntungan
1. Keuntungan selama 4 tahun penanaman Rp. 23.363.700,-
2. Keuntungan/tahun Rp. 5.840.925,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Output/Input rasio = 2,150
Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah
dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia,
Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu
industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang
modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak
mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis
pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.
Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga
memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendish
dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%. Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkin dilakukan. 11. STANDAR PRODUKSI 11.1.Ruang Lingkup Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan. TTG BUDIDAYA PERTANIAN Hal. 11 / 13 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id 11.2.Diskripsi Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996. 11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80
b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0
e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0
f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus
g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut:
a) Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0
b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C < 2,5 c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C < 2,5
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang
meliputi :
a) Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh buah pisang
segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai
dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak
sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang
dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang
bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
b) Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai
pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yang
sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser.
Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.
c) Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut
lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata
sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
d) Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari buah
secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik
berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumalh
keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
e) Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada,
pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah,
batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 12 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya. Berat
kotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.
11.4.Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh
diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
a) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 1–5 : contoh semua
b) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 6–100 : contoh : sekurangkurangnya
5
c) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 101–300 : contoh sekurangkurangnya
7
d) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 301–500 : contoh sekurangkurangnya
9
e) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 501–1000 : contoh sekurangkurangnya
10
11.5.Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg.
Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang.
Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus
dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang
dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan
plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:
a) Produksi Indonesia
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung
2) Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V. Sinar Baru.
Bandung.
3) Stover, R.H & N.W. Simmonads. 1993. Banana. Tropical Agriculture Series.
Longman Scientific ang Technical. New York.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
4) Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang agar Berkualitas Baik.
Trubus no. 341.
Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU
Hal. 1 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
PISANG
( Musa spp )
1. SEJARAH SINGKAT
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan
Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Jenis pisang dibagi menjadi tiga:
1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var
Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya
pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 2 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma
typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk
dan kepok.
3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya.
Misalnya pisang batu dan klutuk.
4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
3. MANFAAT TANAMAN
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral
dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan
tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses
fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus
berbagai macam makanan trandisional Indonesia.
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang
yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak
ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput
tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri
dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat
sakit kencing dan penawar racun.
4. SENTRA PENANAMAN
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat
produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon.
Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun
demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang
segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri
Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997
adalah ke Cina.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun
demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air,
pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi
produksinya tidak dapat diharapkan.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 3 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3) Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi
curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak
tergenang.
5.2. Media Tanam
1) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah
berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah
berhumus dengan pemupukan.
2) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman
pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50
- 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150
cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang
yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah
yang mengandung garam 0,07%.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat
tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon,
nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).
1) Persyaratan Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi
15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit
akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit
anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik
digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di
dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun
masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada
bibit dengan daun yang lebar.
2) Penyiapan Bibit
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri.
Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu
banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.
3) Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi
perlakuan sebagai berikut:
a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi
mengering. Buang daun-daun yang lebar.
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama
10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air
panas beberapa menit.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Pembukaan Lahan
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan
letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan
sosial.
Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput
atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan
sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.
2) Pembentukan Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan
tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan
rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman
legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi,
pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.
3) Pembuatan Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah
datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi
dari landasan saluran itu sendiri.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama
memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara
tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau
tanaman pangan semusim.
Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi,
pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa
dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen
dengan kelapa.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau
40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah
sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
3) Cara Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum
tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–
20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang.
Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun
terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah
5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
2) Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan
juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan
penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak.
Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah
permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
3) Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan
sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 6 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
4) Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang
memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur
sebagai sumber kalsium.
Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan
yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam
setahun).
5) Pengairan dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya
terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air
yang berada di antara barisan tanaman pisang.
6) Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah.
Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma,
tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal
sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh
dipasang terus menerus.
7) Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong
agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang
sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung
plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25
cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa
sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah
ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat
beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan
sedalam 30 cm ke dalam tanah.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubun g
dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida
yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke
atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian:
sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit
yang telah disucihamakan.
3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk
rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan
bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan
dengan kadar lempung kecil.
4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah
abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.
7.2. Penyakit
1) Penyakit darah
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah
jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan
seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman
yang sakit.
2) Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam,
pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.
Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 8 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
3) Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan
gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan
menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux
(BB).
4) Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman
layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
5) Daun pucuk
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian
yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara
berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang
sakit.
7.3. Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan
menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:
1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.
2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan,
tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya
Geophila repens.
3) Menutup tanah dengan plastik polietilen.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh
umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera.
Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah
yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan
pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan
sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya
buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.
8.2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang
diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 9 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik
supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.
Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh
pergesekan buah dengan tanah.
Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali.
Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari
permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan
tunas.
8.3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali
tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
8.4. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28
ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk
perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang
ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
9. PASCAPANEN
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk
mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan
kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan
dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan
dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke
dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di
ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa Barat pada
tahun 1999.
1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4 adalah:
1. Tahun ke-1 Rp. 5.338.000,-
2. Tahun ke-2 Rp. 4.235.000,-
3. Tahun ke-3 Rp. 4.518.000,-
4. Tahun ke-4 Rp. 4.545.300,-
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Penerimaan tahun ke I sampai IV *)
1. Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan Rp. 6.000.000,-
2. Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
3. Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
4. Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
3) Keuntungan
1. Keuntungan selama 4 tahun penanaman Rp. 23.363.700,-
2. Keuntungan/tahun Rp. 5.840.925,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Output/Input rasio = 2,150
Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah
dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia,
Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu
industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang
modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak
mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis
pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.
Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga
memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendish
dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%. Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkin dilakukan. 11. STANDAR PRODUKSI 11.1.Ruang Lingkup Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan. TTG BUDIDAYA PERTANIAN Hal. 11 / 13 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id 11.2.Diskripsi Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996. 11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80
b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0
e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0
f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus
g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut:
a) Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0
b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C < 2,5 c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C < 2,5
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang
meliputi :
a) Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh buah pisang
segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai
dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak
sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang
dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang
bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
b) Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai
pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yang
sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser.
Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.
c) Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut
lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata
sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
d) Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari buah
secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik
berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumalh
keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
e) Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada,
pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah,
batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 12 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya. Berat
kotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.
11.4.Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh
diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
a) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 1–5 : contoh semua
b) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 6–100 : contoh : sekurangkurangnya
5
c) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 101–300 : contoh sekurangkurangnya
7
d) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 301–500 : contoh sekurangkurangnya
9
e) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 501–1000 : contoh sekurangkurangnya
10
11.5.Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg.
Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang.
Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus
dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang
dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan
plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:
a) Produksi Indonesia
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung
2) Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V. Sinar Baru.
Bandung.
3) Stover, R.H & N.W. Simmonads. 1993. Banana. Tropical Agriculture Series.
Longman Scientific ang Technical. New York.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
4) Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang agar Berkualitas Baik.
Trubus no. 341.
Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU
kecerdasan buatan
Pengantar Kecerdasan Buatan - 1
1. PENGANTAR KECERDASAN BUATAN
(ARTIFICIAL INTELLIGENCE)
1.1 DEFINISI KECERDASAN BUATAN
Definisi Kecerdasan Buatan
· H. A. Simon [1987] :
“ Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan kawasan
penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman
komputer untuk melakukan sesuatu hal yang -dalam pandangan
manusia adalah- cerdas”
· Rich and Knight [1991]:
“Kecerdasan Buatan (AI) merupakan sebuah studi tentang bagaimana
membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat
dilakukan lebih baik oleh manusia.”
· Encyclopedia Britannica:
“Kecerdasan Buatan (AI) merupakan cabang dari ilmu komputer yang
dalam merepresentasi pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk
simbol-simbol daripada bilangan, dan memproses informasi berdasarkan
metode heuristic atau dengan berdasarkan sejumlah aturan”
Tujuan dari kecerdasan buatan menurut Winston dan Prendergast [1984]:
1. Membuat mesin menjadi lebih pintar (tujuan utama)
2. Memahami apa itu kecerdasan (tujuan ilmiah)
3. Membuat mesin lebih bermanfaat (tujuan entrepreneurial)
AI dapat dipandang dalam berbagai perspektif.
· Dari perspektif Kecerdasan (Intelligence)
AI adalah bagaimana membuat mesin yang “cerdas” dan dapat
melakukan hal-hal yang sebelumnya dapat dilakukan oleh manusia
· Dari perspektif bisnis, AI adalah sekelompok alat bantu (tools) yang
berdaya guna, dan metodologi yang menggunakan tool-tool tersebut
guna menyelesaikan masalah-masalah bisnis.
· Dari perspektif pemrograman (Programming), AI termasuk didalamnya
adalah studi tentang pemrograman simbolik, pemecahan masalah,
proses pencarian (search)
Pengantar Kecerdasan Buatan - 2
o Umumnya program AI lebih fokus pada simbol-simbol daripada
pemrosesan numerik (huruf, kata, angka untuk
merepresentasikan obyek, proses dan hubungannya).
o Pemecahan masalah -> pencapaian tujuan
o Search -> jarang mengarah langsung ke solusi. Proses search
menggunakan beberapa teknik.
o Bahasa pemrograman AI :
§ LISP, dikembangkan awal tahun 1950-an, bahasa
pemrograman pertama yang diasosiasikan dengan AI.
§ PROLOG, dikembangkan pada tahun 1970-an.
§ Bahasa pemrograman berorientasi obyek (Object
Oriented Programming (Objective C, C++, Smalltalk,
Java)
· Dari perspektif penelitian (research)
o Riset tentang AI dimulai pada awal tahun 1960-an, percobaan
pertama adalah membuat program permainan (game) catur,
membuktikan teori, dan general problem solving (untuk tugastugas
sederhana)
o “Artificial intelligence” adalah nama pada akar dari studi area.
Gambar 1 Task Domain of Artificial Intelligence
Pengantar Kecerdasan Buatan - 3
1.2 DOMAIN PENELITIAN DALAM KECERDASAN BUATAN
· Formal tasks (matematika, games)
· Mundane task (perception, robotics, natural language, common sense,
reasoning)
· Expert tasks (financial analysis, medical diagnostics, engineering,
scientific analysis, dll)
PERMAINAN (Game)
· Kebanyakan permainan dilakukan dengan menggunakan sekumpulan
aturan.
· Dalam permainan digunakan apa yang disebut dengan pencarian ruang.
· Teknik untuk menentukan alternatif dalam menyimak problema ruang
merupakan sesuatu yang rumit.
· Teknik tersebut disebut dengan HEURISTIC.
· Permainan merupakan bidang yang menarik dalam studi heuristic
NATURAL LANGUAGE
Suatu teknologi yang memberikan kemampuan kepada komputer untuk
memahami bahasa manusia sehingga pengguna komputer dapat berkomunikasi
dengan komputer dengan menggunakan bahasa sehari -hari.
ROBOTIK DAN SISTEM SENSOR
Sistem sensor, seperti sistem vision, sistem tactile, dan sistem pemrosesan
sinyal jika dikombinasikan dengan AI, dapat dikategorikan kedalam suatu
sistem yang luas yang disebut sistem robotik.
EXPERT SYSTEM
Sistem pakar (Expert System) adalah program penasehat berbasis komputer
yang mencoba meniru proses berpikir dan pengetahuan dari seorang pakar
dalam menyelesaikan masalah-masalah spesifik.
1.3 KONSEP DAN DEFINISI DALAM KECERDASAN BUATAN
TURING TEST – Metode Pengujian Kecerdasan
· Turing Test merupakan sebuah metode pengujian kecerdasan yang
dibuat oleh Alan Turing.
· Proses uji ini melibatkan seorang penanya (manusia) dan dua obyek
yang ditanyai. Yang satu adalah seorang manusia dan satunya adalah
sebuah mesin yang akan diuji.
· Penanya tidak bisa melihat langsung kepada obyek yg ditanyai
· Penanya diminta untuk membedakan mana jawaban komputer dan
mana jawaban manusia berdasarkan jawaban kedua obyek tersebut.
· Jika penanya tidak dapat membedakan mana jawaban mesin dan mana
jawaban manusia maka Turing berpendapat bahwa mesin yang diuji
tersebut dapat diasumsikan CERDAS.
Pengantar Kecerdasan Buatan - 4
PEMROSESAN SIMBOLIK
· Komputer semula didisain untuk memproses bilangan/angka-angka
(pemrosesan numerik).
· Sementara manusia dalam berpikir dan menyelesaikan masalah lebih
bersifat simbolik, tidak didasarkan kepada sejumlah rumus atau
melakukan komputasi matematis.
· Sifat penting dari AI adalah bahwa AI merupakan bagian dari ilmu
komputer yang melukan proses secara simbolik dan non-algoritmik
dalam penyelesaian masalah
HEURISTIC
· Istilah Heuristic diambil dari bahasa Yunani yang berarti menemukan
· Heuristic merupakan suatu strategi untuk melakukan proses pencarian
(search) ruang problema secara selektif, yang memandu proses
pencarian yang kita lakukan disepanjang jalur yang memiliki
kemungkinan sukses paling besar.
PENARIKAN KESIMPULAN (INFERENCING)
· AI mecoba membuat mesin memiliki kemampuan berpikir atau
mempertimbangkan (reasoning)
· Kemampuan berpikir (reasoning) termasuk didalamnya proses penarikan
kesimpulan (inferencing) berdasarkan fakta-fakta dan aturan dengan
menggunakan metode heuristik atau metode pencarian lainnya.
PENCOCOKAN POLA (PATTERN MATCHING)
· AI bekerja dengan metode pencocokan pola (pattern matching) yang
berusaha untuk menjelaskan obyek, kejadian (events) atau proses,
dalam hubungan logik atau komputasional.
1. 4 Perbandingan Kecerdasan Buatan dengan Kecerdasan Alamiah
Keuntungan Kecerdasan Buatan dibanding kecerdasan alamiah:
· lebih permanen
· memberikan kemudahan dalam duplikasi dan penyebaran
· relatif lebih murah dari kecerdasan alamiah
· Konsisten dan teliti
· Dapat didokumentasi
· Dapat mengerjakan beberapa task dengan lebih cepat dan lebih baik
dibanding manusia
Keuntungan Kecerdasan Alamiah dibanding kecerdasan buatan
· Bersifat lebih kreatif
· Dapat melakukan proses pembelajaran secara langsung, sementara AI
harus mendapatkan masukan berupa simbol dan representasirepresentasi
Pengantar Kecerdasan Buatan - 5
· Fokus yang luas sebagai referensi untuk pengambilan keputusan
sebaliknya AI menggunakan fokus yang sempit
Komputer dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang obyek,
kegiatan (events), proses dan dapat memproses sejumlah besar
informasi dengan lebih efisien dari yang dapat dikerjakan manusia, tetapi
disisi lain manusia –dengan menggunakan insting- dapat melakukan hal yang
sulit untuk diprogram pada komputer, yaitu: manusia dapat mengenali
(recognize) hubungan antara hal-hal tersebut, menilai kualitas dan
menemukan pola yang menjelaskan hubungan tersebut.
1. 5 Perbedaan Komputasi AI dengan Proses Komputasi Konvensional
Bagaimana komputer konvensional memproses data
Proses yang dikerjakan
Kalkulasi mengerjakan operasi-operasi matematis: tambah, kurang,
bagi, kali, atau mencari akar. Menyelesaikan
rumus/persamaan.
Logika mengerjakan operasi logika: “and”, “or”, atau “invert”
penyimpanan menyimpan data dan gambar pada file
retrieve mengakses data yang disimpan pada file
translate mengkonversi data dari satu bentuk ke bentuk yang lain
Sort memeriksa data dan menampilkan dalam urutan yang
diinginkan
Edit melakukan perubahan, penambahan, penghapusan pada data
monitor mengamati event external dan internal dan melakukan
tindakan jika kondisi tertentu tercapai
kontrol Memberikan perintah atau mengendalikan peralatan diluar
Perbandingan AI dengan Pemrograman Konvensional
Dimensi Artificial Intelligence Pemrograman konvensional
Processing simbolik Algoritmik
input Tidak harus lengkap Harus lengkap
Search heuristic Algoritmik
explanation tersedia Tidak tersedia Major
interest knowledge Data dan informasi
struktur Terpisah antara kontrol dan
knowledge
Kontrol terintegrasi dengan
data
output Tidak harus lengkap Harus tepat
Maintenance dan
update
Mudah karena menggunakan
modul-modul
Umumnya susah dilakukan
hardware Workstation dan PC Semua tipe
Kemampuan
pemikiran
Terbatas tetapi dapat
ditingkatkan
Tidak ada
1. PENGANTAR KECERDASAN BUATAN
(ARTIFICIAL INTELLIGENCE)
1.1 DEFINISI KECERDASAN BUATAN
Definisi Kecerdasan Buatan
· H. A. Simon [1987] :
“ Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan kawasan
penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman
komputer untuk melakukan sesuatu hal yang -dalam pandangan
manusia adalah- cerdas”
· Rich and Knight [1991]:
“Kecerdasan Buatan (AI) merupakan sebuah studi tentang bagaimana
membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat
dilakukan lebih baik oleh manusia.”
· Encyclopedia Britannica:
“Kecerdasan Buatan (AI) merupakan cabang dari ilmu komputer yang
dalam merepresentasi pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk
simbol-simbol daripada bilangan, dan memproses informasi berdasarkan
metode heuristic atau dengan berdasarkan sejumlah aturan”
Tujuan dari kecerdasan buatan menurut Winston dan Prendergast [1984]:
1. Membuat mesin menjadi lebih pintar (tujuan utama)
2. Memahami apa itu kecerdasan (tujuan ilmiah)
3. Membuat mesin lebih bermanfaat (tujuan entrepreneurial)
AI dapat dipandang dalam berbagai perspektif.
· Dari perspektif Kecerdasan (Intelligence)
AI adalah bagaimana membuat mesin yang “cerdas” dan dapat
melakukan hal-hal yang sebelumnya dapat dilakukan oleh manusia
· Dari perspektif bisnis, AI adalah sekelompok alat bantu (tools) yang
berdaya guna, dan metodologi yang menggunakan tool-tool tersebut
guna menyelesaikan masalah-masalah bisnis.
· Dari perspektif pemrograman (Programming), AI termasuk didalamnya
adalah studi tentang pemrograman simbolik, pemecahan masalah,
proses pencarian (search)
Pengantar Kecerdasan Buatan - 2
o Umumnya program AI lebih fokus pada simbol-simbol daripada
pemrosesan numerik (huruf, kata, angka untuk
merepresentasikan obyek, proses dan hubungannya).
o Pemecahan masalah -> pencapaian tujuan
o Search -> jarang mengarah langsung ke solusi. Proses search
menggunakan beberapa teknik.
o Bahasa pemrograman AI :
§ LISP, dikembangkan awal tahun 1950-an, bahasa
pemrograman pertama yang diasosiasikan dengan AI.
§ PROLOG, dikembangkan pada tahun 1970-an.
§ Bahasa pemrograman berorientasi obyek (Object
Oriented Programming (Objective C, C++, Smalltalk,
Java)
· Dari perspektif penelitian (research)
o Riset tentang AI dimulai pada awal tahun 1960-an, percobaan
pertama adalah membuat program permainan (game) catur,
membuktikan teori, dan general problem solving (untuk tugastugas
sederhana)
o “Artificial intelligence” adalah nama pada akar dari studi area.
Gambar 1 Task Domain of Artificial Intelligence
Pengantar Kecerdasan Buatan - 3
1.2 DOMAIN PENELITIAN DALAM KECERDASAN BUATAN
· Formal tasks (matematika, games)
· Mundane task (perception, robotics, natural language, common sense,
reasoning)
· Expert tasks (financial analysis, medical diagnostics, engineering,
scientific analysis, dll)
PERMAINAN (Game)
· Kebanyakan permainan dilakukan dengan menggunakan sekumpulan
aturan.
· Dalam permainan digunakan apa yang disebut dengan pencarian ruang.
· Teknik untuk menentukan alternatif dalam menyimak problema ruang
merupakan sesuatu yang rumit.
· Teknik tersebut disebut dengan HEURISTIC.
· Permainan merupakan bidang yang menarik dalam studi heuristic
NATURAL LANGUAGE
Suatu teknologi yang memberikan kemampuan kepada komputer untuk
memahami bahasa manusia sehingga pengguna komputer dapat berkomunikasi
dengan komputer dengan menggunakan bahasa sehari -hari.
ROBOTIK DAN SISTEM SENSOR
Sistem sensor, seperti sistem vision, sistem tactile, dan sistem pemrosesan
sinyal jika dikombinasikan dengan AI, dapat dikategorikan kedalam suatu
sistem yang luas yang disebut sistem robotik.
EXPERT SYSTEM
Sistem pakar (Expert System) adalah program penasehat berbasis komputer
yang mencoba meniru proses berpikir dan pengetahuan dari seorang pakar
dalam menyelesaikan masalah-masalah spesifik.
1.3 KONSEP DAN DEFINISI DALAM KECERDASAN BUATAN
TURING TEST – Metode Pengujian Kecerdasan
· Turing Test merupakan sebuah metode pengujian kecerdasan yang
dibuat oleh Alan Turing.
· Proses uji ini melibatkan seorang penanya (manusia) dan dua obyek
yang ditanyai. Yang satu adalah seorang manusia dan satunya adalah
sebuah mesin yang akan diuji.
· Penanya tidak bisa melihat langsung kepada obyek yg ditanyai
· Penanya diminta untuk membedakan mana jawaban komputer dan
mana jawaban manusia berdasarkan jawaban kedua obyek tersebut.
· Jika penanya tidak dapat membedakan mana jawaban mesin dan mana
jawaban manusia maka Turing berpendapat bahwa mesin yang diuji
tersebut dapat diasumsikan CERDAS.
Pengantar Kecerdasan Buatan - 4
PEMROSESAN SIMBOLIK
· Komputer semula didisain untuk memproses bilangan/angka-angka
(pemrosesan numerik).
· Sementara manusia dalam berpikir dan menyelesaikan masalah lebih
bersifat simbolik, tidak didasarkan kepada sejumlah rumus atau
melakukan komputasi matematis.
· Sifat penting dari AI adalah bahwa AI merupakan bagian dari ilmu
komputer yang melukan proses secara simbolik dan non-algoritmik
dalam penyelesaian masalah
HEURISTIC
· Istilah Heuristic diambil dari bahasa Yunani yang berarti menemukan
· Heuristic merupakan suatu strategi untuk melakukan proses pencarian
(search) ruang problema secara selektif, yang memandu proses
pencarian yang kita lakukan disepanjang jalur yang memiliki
kemungkinan sukses paling besar.
PENARIKAN KESIMPULAN (INFERENCING)
· AI mecoba membuat mesin memiliki kemampuan berpikir atau
mempertimbangkan (reasoning)
· Kemampuan berpikir (reasoning) termasuk didalamnya proses penarikan
kesimpulan (inferencing) berdasarkan fakta-fakta dan aturan dengan
menggunakan metode heuristik atau metode pencarian lainnya.
PENCOCOKAN POLA (PATTERN MATCHING)
· AI bekerja dengan metode pencocokan pola (pattern matching) yang
berusaha untuk menjelaskan obyek, kejadian (events) atau proses,
dalam hubungan logik atau komputasional.
1. 4 Perbandingan Kecerdasan Buatan dengan Kecerdasan Alamiah
Keuntungan Kecerdasan Buatan dibanding kecerdasan alamiah:
· lebih permanen
· memberikan kemudahan dalam duplikasi dan penyebaran
· relatif lebih murah dari kecerdasan alamiah
· Konsisten dan teliti
· Dapat didokumentasi
· Dapat mengerjakan beberapa task dengan lebih cepat dan lebih baik
dibanding manusia
Keuntungan Kecerdasan Alamiah dibanding kecerdasan buatan
· Bersifat lebih kreatif
· Dapat melakukan proses pembelajaran secara langsung, sementara AI
harus mendapatkan masukan berupa simbol dan representasirepresentasi
Pengantar Kecerdasan Buatan - 5
· Fokus yang luas sebagai referensi untuk pengambilan keputusan
sebaliknya AI menggunakan fokus yang sempit
Komputer dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang obyek,
kegiatan (events), proses dan dapat memproses sejumlah besar
informasi dengan lebih efisien dari yang dapat dikerjakan manusia, tetapi
disisi lain manusia –dengan menggunakan insting- dapat melakukan hal yang
sulit untuk diprogram pada komputer, yaitu: manusia dapat mengenali
(recognize) hubungan antara hal-hal tersebut, menilai kualitas dan
menemukan pola yang menjelaskan hubungan tersebut.
1. 5 Perbedaan Komputasi AI dengan Proses Komputasi Konvensional
Bagaimana komputer konvensional memproses data
Proses yang dikerjakan
Kalkulasi mengerjakan operasi-operasi matematis: tambah, kurang,
bagi, kali, atau mencari akar. Menyelesaikan
rumus/persamaan.
Logika mengerjakan operasi logika: “and”, “or”, atau “invert”
penyimpanan menyimpan data dan gambar pada file
retrieve mengakses data yang disimpan pada file
translate mengkonversi data dari satu bentuk ke bentuk yang lain
Sort memeriksa data dan menampilkan dalam urutan yang
diinginkan
Edit melakukan perubahan, penambahan, penghapusan pada data
monitor mengamati event external dan internal dan melakukan
tindakan jika kondisi tertentu tercapai
kontrol Memberikan perintah atau mengendalikan peralatan diluar
Perbandingan AI dengan Pemrograman Konvensional
Dimensi Artificial Intelligence Pemrograman konvensional
Processing simbolik Algoritmik
input Tidak harus lengkap Harus lengkap
Search heuristic Algoritmik
explanation tersedia Tidak tersedia Major
interest knowledge Data dan informasi
struktur Terpisah antara kontrol dan
knowledge
Kontrol terintegrasi dengan
data
output Tidak harus lengkap Harus tepat
Maintenance dan
update
Mudah karena menggunakan
modul-modul
Umumnya susah dilakukan
hardware Workstation dan PC Semua tipe
Kemampuan
pemikiran
Terbatas tetapi dapat
ditingkatkan
Tidak ada
kemiskinan dan kriminalitas
Kata Pengantar
Alhamdulilahirobil’alamin itulah kata yang bisa kami ucapkan. Rasa syukur pantas untuk slalu dipanjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat Rahmat danRidhonya kami dapat menyelesaikan mekalah dengan judul “ KEMISKINAN DAN KRIMINALITAS” ini dalam waktu yang relative singkat.
Makalah ini pun di susun dalam rangka untuk pemenuhan tugas selain untuk menambah referensi bahan bacaan bagi siswa dalam materi ini. Sasaran makalah ini adalah siswa guna mengetahui lebih dalam tentang Kemiskinan dan Kriminalitas. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya makalah sederhana ini.
Akhirnya seperti bunyi pepatah tiada gading yang tak retak, maka kami menyadari di dalam makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu kritik dan saran sangat kamiharapkan.
Mojokerto,21 Agustus 2010
PENULIS
Pendahuluan
1,1 Latar Belakang
Sosiologi mempelajari pola-pola hubungan dalam masyarakat serta mencari pengertian-pengertian umum secara rasional dan empiris.oleh karenanya sosiologi mempelajari gejala-gejala yang teratur. Namun tidak semua gejala-gejala itu normal seperti masyarakat yang bersangkutan.gejala social yang tidak diinginkan tapi terjadi dinamakan masalah social. Salah satuanya adalah kemiskinan dan kriminalitas yang memiliki hubungan sinergi satu sama lain. Yabg nantinya berhubungan dengan dimensi social yaitu perubahan social, penyimpangan social serta penanggulangan social.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk laporan hasil belajar kami mengupas bab masalah social khususnya kemiskinan dan kriminalitas. Selain itu juga untuk memenuhi tugas dari guru kami. Selain itu pula kami bermaksud untuk menjadikan makalah ini sebagai salah satu sumber referensi siswa dalam bidang ini nantinya.
2.3 Rumusan Masalah
1. apakah pengertian kemiskinan dan kriminalitas?
2. bagaimanakah cara penaggulangannya?
3. factor apakah yang membuat maslah tersebut?
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………….1
Daftar isi………………………………………………………………………………..2
Pendahuluan………………………………………………………………………….3
Penegrtian kemiskinan…………………………………………………………4
Penyebab kemiskinan……………………………………………………………8
Penaggulangan kemiskinan………………………………………………..11
Pengertian kriminalitas…………………………………………………….19
Pengertian penjahat dan jenis-jenisnya…………………………21
Sebab terjadinya kriminalitas dan jenis-jenisnya…………24
Solusi kriminalitas………………………………………………………………27
Kata penutup………………………………………………………………………..32
Lampiran………………………………………………………………………………..33
Daftar pustaka…………………………………………………………………..34
PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan salah satu dari sekian banyak masalah social yang ada. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
• Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
• Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
• Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Peta dunia memperlihatkan persentase manusia yang hidup di bawah batas kemiskinan nasional. Perhatikan bahwa garis batas ini sangat berbeda-beda menurut masing-masing negara, sehingga kita sulit membuat perbandingan.
Peta dunia memperlihatkan Tingkat harapan hidup.
Peta dunia memperlihatkan Indeks Pembangunan Manusia.
Peta dunia memperlihatkan sebuah ukuran tentang kesenjangan pendapatan.
Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari
US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam
dan Kamboja digabungkan. Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara
tinggal di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga tidak mampu meningkatkan
berbagai indikator utama pembangunan sosial dibandingkan dengan negara-negara
Asia Timur lainnya. Tingkat kematian ibu hamil di Indonesia, misalnya,
dua kali lebih tinggi dari tingkat kematian di Filipina dan lima kali lebih tinggi
dari Vietnam. Hampir setengah dari penduduk Indonesia tidak mempunyai
akses yang cukup terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi.
Indonesia memang telah mencapai hasil yang memuaskan dalam
menurunkan tingkat kemiskinan sejak tahun 1960-an dan juga telah berhasil
mengurangi efek dari krisis. Tetapi Indonesia masih harus menghadapi tiga
masalah mendasar dalam upaya mengangkat sebagian besar penduduk yang
masih terhimpit kemiskinan dan kepapaan,
Kemiskinan dipelajari oleh banyak ilmu, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan budaya.
• Dalam ekonomi, dua jenis kemiskinan dipertimbangkan: kemiskinan absolut dan relatif.
• Dalam politik, perlawanan terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dll. Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal dan salah satu penyebab utama kejahatan.
• Dalam hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan.
• Dalam pendidikan, kemiskinan mempengaruhi kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan jadwal makan yang teratur membayangi kemampuan murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.
Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."
Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari AS$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari AS$ 2 perhariBerdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada 2001. Proyek Borgen menunjuk pemimpin Amerika memberikan AS$230 milyar per tahun kepada kontraktor militer, dan hanya AS$19 milyar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Perkembangan Milenium PBB untuk mengakhiri kemiskinan parah sebelum 2025.
\
Penyebab kemiskinan
Menurut Frances Fox Piven dan Richard A Cloward (Regulating the Poor: The Functions of Public Welfare, Vintage Books 1993), kemiskinan meliputi tiga aspek (1) kekurangan materi dan kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan; (2) tidak terpenuhinya kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat, termasuk dalam pendidikan dan informasi; dan (3) kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda, tergantung konteks politik dan ekonomi suatu negara
Kemiskinan jamak terjadi di negara berkembang, namun eksis pula di negara maju dalam bentuk komunitas tunawisma dan ghetto (daerah kumuh). Di Indonesia sendiri, menurut data Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (dibentuk tahun 2005 melalui Perpres Nomor 54, lihat www.tkpkri.org), Pemerintah telah melaksanakan program penanggulangan kemiskinan sejak tahun 1960-an melalui strategi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat yang tertuang dalam Pembangunan Nasional Berencana Delapan Tahun (Penasbede). Namun program tersebut terhenti di tengah jalan akibat krisis politik tahun 1965. Adapun pada era Orba, melalui Repelita dilakukan strategi khusus menuntaskan masalah kesenjangan sosial-ekonomi, yang mengerucut menjadi program Inpres Desa Tertinggal ( IDT). Namun, usaha Orba ini pun gagal akibat krisis ekonomi dan politik tahun 1997.
Selanjutnya, era reformasi menelurkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Keppres Nomor 190 Tahun 1998. Berbagai usaha di atas belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Data UNDP menyebutkan, Indeks Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index-HPI) yang memfokuskan perhatiannya pada proporsi manusia yang berada di bawah ambang batas dimensi pembangunan manusia yang sama dengan indeks pembangunan manusia-panjang umur dan hidup sehat, memiliki akses terhadap pendidikan, dan standar hidup yang layak, menyimpulkan Nilai HP-1 untuk Indonesia, yaitu 18,5, berada di urutan 41 dari 102 negara berkembang (data tahun 2005). Indeks ini semakin buruk dalam krisis energi dan pangan saat ini, ketika harga melonjak dan membuat pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, kesehatan) semakin tak terjangkau
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
• penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
• penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
• penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
• penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
• penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan. Masalah Kemiskinan di Indonesia
Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari
US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam
dan Kamboja digabungkan. Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara
tinggal di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga tidak mampu meningkatkan
berbagai indikator utama pembangunan sosial dibandingkan dengan negaranegara
Asia Timur lainnya. Tingkat kematian ibu hamil di Indonesia, misalnya,
dua kali lebih tinggi dari tingkat kematian di Filipina dan lima kali lebih tinggi
dari Vietnam. Hampir setengah dari penduduk Indonesia tidak mempunyai
akses yang cukup terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi.
Indonesia memang telah mencapai hasil yang memuaskan dalam
menurunkan tingkat kemiskinan sejak tahun 1960-an dan juga telah berhasil
mengurangi efek dari krisis. Tetapi Indonesia masih harus menghadapi tiga
masalah mendasar dalam upaya mengangkat sebagian besar penduduk yang
masih terhimpit kemiskinan dan kepapaan, yaitu:
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk miskin tidak
akan dapat dikurangi secara signifikan tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang miskin. Pada periode setelah krisis, berkurangnya penduduk miskin lebih banyak disebabkan karena
membaiknya stabilitas ekonomi dan turunnya harga bahan makanan.
Untuk menurunkan tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi merupakan suatu keharusan.
2. Peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin. Indonesia harus
dapat menyelesaikan masalah dalam bidang pelayanan sosial agar
manfaat dari pembangunan lebih dirasakan. Peningkatan dalam
efektifitas dan efisiensi pemberian pelayanan sosial, dapat dicapai
dengan mengusahakan perbaikan dalam sistem kelembagaan dan
kerangka hukum, termasuk dalam aspek-aspek yang terkait dengan
desentralisasi. Hal ini akan membuat penyedia jasa mengenali tanggung
jawab mereka dalam menjaga kualitas pelayanan yang diberikan,
disamping memberikan kesempatan bagi pemerintah dan masyarakat
untuk mengawasi aktifitas tersebut.
3. Perlidungan bagi si miskin. Kebanyakan penduduk Indonesia rentan
terhadap kemiskinan. Hampir 40 persen dari penduduk, hidup hanya
sedikit di atas garis kemiskinan nasional dan mempunyai pendapatan
kurang dari US$2 per hari. Perubahan sedikit saja dalam tingkat harga,
pendapatan dan kondisi kesehatan, dapat menyebabkan mereka berada
dalam kemiskinan, setidaknya untuk sementara waktu. Program
perlidungan sosial yang ada tidaklah mencukupi dalam menurunkan
tingkat resiko bagi keluarga miskin, walaupun memberikan manfaat
pada keluarga yang lebih berada. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan
menyediakan program perlindungan sosial yang lebih bermanfaat bagi
penduduk miskin serta masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan.
Kemiskinan berakibat pada partisipasi dan kwalitas orang miskin. Artinya akses anak miskin trehadap dunia pendidikan sangat terbatas dan kemungkinan putus sekolah sangatlah tinggi. Hal ini akan berdampak dikemudian hari jika anak-anak miskin menghadapi dunia kerja.selain itu orang miskin juga mendapat suatu kesenjangan sosial. Walau fenomena kemiskinan identik dengan keberadaan Negara berkembang namun masalah ini juga dialami oleh Negara maju, seperti Amerika serikat. Jadi tidaklah menjadi hal yang mudah menyelesaikan hakekat sejahtra untuk orang-orang yang miskin.
Mengurangi Kemiskinan
Penanganan berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan
kemiskinan yang jelas. Pemerintah dan berbagai pihak terkait
lainnya patut mendapat acungan jempol atas berbagai usaha yang telah
dijalankan dalam membentuk strategi penanggulangan kemiskinan. Hal
pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintahan adalah menyelesaikan
dan mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang
telah berjalan. Kemudian hal ini dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan.
Berikut ini dijabarkan sepuluh langkah yang dapat diambil dalam
mengimplementasikan strategi pengentasan kemiskinan tersebut.
I. PENINGKATAN FASILITAS JALAN DAN LISTRIK DI PEDESAAN.
Berbagai pengalaman di China, Vietnam dan juga di Indonesia sendiri
menunjukkan bahwa pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara
yang efektif dalam mengurangi kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi
di Indonesia relatif dalam keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari jalan
kabupaten berada dalam kondisi yang buruk. Sementara itu lima persen
dari populasi, yang berarti sekitar 11 juta orang, tidak mendapatkan akses
jalan untuk setahun penuh. Hal yang sama dapat terlihat pada penyediaan
listrik. Saat ini masih ada sekitar 6000 desa, dengan populasi sekitar 90 juta
orang belum menikmati tenaga listrik.
Walaupun berbagai masalah di atas terlihat rumit dalam pelaksanaannya,
solusinya dapat terlihat dengan jelas. Bisa berupa:
1. Menjalankan program skala besar untuk membangun jalan pedesaan
dan di tingkat kabupaten. Program pembangunan jalan tersebut juga
dapat meningkatkan penghasilan bagi masyarakat miskin dan
mengurangi pengeluaran mereka, disamping memberikan stimulasi
pertumbuhan pada umumnya.
2. Membiayai program di atas melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana
pembangunan harus ditargetkan pada daerah-daerah yang mempunyai
kondisi buruk, terutama dalam masalah kemiskinan. Peta lokasi
kemiskinan, bersama dengan peta kondisi jalan, dapat digunakan untuk
mengidentifikasi daerah-daerah tersebut. Masyarakat miskin setempat
juga harus dilibatkan agar hasilnya dapat sesuai dengan kebutuhan
mereka, serta menjamin tersedianya pemeliharaan secara lebih baik.
3. Menjalankan program pekerjaan umum yang bersifat padat karya. Program
seperti ini dapat menjadi cara yang efektif untuk menyediakan
fasilitas jalan di pedesaan disamping sebagai bentuk perlindungan
sosial. Untuk daerah yang terisolir, program ini bahkan dapat
mengurangi biaya pembangunan.
4. Menjalankan strategi pembangunan fasilitas listrik pada desa-desa yang
belum menikmati tenaga listrik ditingkatkan dengan memperbolehkan perusahaan penyedia jasa
kelistrikan untuk menjual tenaga listrik yang mereka hasilkan kepada
PLN. Akses pada jaringan yang dimiliki PLN juga patut dibuka dalam
rangka meningkatkan kompetisi tersebut. Penyusunan rencana
pelaksanaan dengan lebih terinci atas dua skema subsidi yang ada
sangatlah diperlukan, untuk menjamin subsidi tersebut tidak
menghambat penyediaan listrik secara lebih luas.
II. PERBAIKAN TINGKAT KESEHATAN MELALUI FASILITAS SANITASI YANG LEBIH BAIK.
` Indonesia sedang mengalami krisis penyediaan fasilitas sanitasi. Hanya kurang
dari satu persen limbah rumah tangga di Indonesia yang menjadi bagian
dari sistem pembuangan. Penyediaan fasilitas limbah lokal tidak dibarengi
dengan penyediaan fasilitas pengumpulan, pengolahan dan pembuangan
akhir. Pada tahun 2002, pemerintah hanya menyediakan anggaran untuk
perbaikan sanitasi sebesar 1/1000 dari anggaran yang disediakan untuk
penyediaan air. Akibatnya, penduduk miskin cenderung menggunakan air
dari sungai yang telah tercemar. Tempat tinggal mereka juga sering berada
di dekat tempat pembuangan limbah. Hal ini membuat penduduk miskin
cenderung menjadi lebih mudah sakit dan tidak produktif. Pada tahun 2001,
kerugian ekonomi yang timbul akibat masalah sanitasi diperkirakan mencapai
Rp 100.000,- per rumah tangga setiap bulannya. Untuk mengatasi hal tersebut
ada dua hal yang dapat dilakukan:
1. Pada sisi permintaan, pemerintah dapat menjalankan kampanye
publik secara nasional untuk meningkatkan kesadaran dalam
penggunaan fasilitas sanitasi yang lebih baik. Biaya yang diperlukan
untuk kampanye tersebut tidaklah terlalu tinggi, sementara
menjanjikan hasil yang cukup baik.
2. Pada sisi penawaran, tentu saja penyediaan sanitasi harus diperbaiki.
Aspek terpenting adalah membiayai investasi di bidang sanitasi yang
akan terus meningkat. Dua pilihan yang dapat dilakukan adalah: (i)
mengadakan kesepakatan nasional untuk membahas masalah
pembiayaan fasilitas sanitasi dan (ii) mendorong pemerintah lokal
untuk membangun fasilitas sanitasi pada tingkat daerah dan kota;
misalnya dengan menyediakan DAK untuk pembiayaan sanitasi ataupun
dengan menyusun standar pelayanan minimum.
III. PENGHAPUSAN LARANGAN IMPOR BERAS.
Larangan impor beras yang diterapkan bukanlah merupakan kebijakan yang
tepat dalam membantu petani, tetapi kebijakan yang merugikan orang miskin.
Studi yang baru saja dilakukan menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 juta orang
masuk dalam kategori miskin akibat dari kebijakan tersebut. Bahkan
bantuan beras yang berasal dari Program Pangan Dunia (World Food Program)
tidak diperbolehkan masuk ke Indonesia karena tidak memiliki izin
impor. Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan harga beras. Tetapi
ini hanya menguntungkan pihak yang memproduksi beras lebih dari yang
dikonsumsi, sementara 90 persen penduduk perkotaan dan 70 persen
penduduk pedesaan mengkonsumsi lebih banyak beras dari yang mereka
produksi. Secara keseluruhan, 80 persen dari penduduk Indonesia menderita
akibat proteksi tersebut, sementara hanya 20 persen yang menikmati
manfaatnya. Bahkan manfaat tersebut tidaklah sedemikian jelas. Harga beras
di tingkat petani tidak mengalami kenaikan yang berarti sementara harga di
tingkat pengecer naik cukup tinggi. Dapat dikatakan bahwa hanya para
pedagang yang menikmati manfaat kenaikan harga tersebut. Sementara itu,
dukungan dan bantuan bagi petani dapat dilakukan dengan berbagai cara
lain, seperti penyediaan infrastruktur pertanian dan pedesaan serta
penyediaan riset dalam bidang pertanian. Pengenaan bea masuk juga dapat
menjadi altenatif yang lebih baik daripada larangan impor. Oleh karena
beberapa langkah di bawah ini patut mendapat perhatian:
1. Penghapusan larangan impor beras.
2. Mengganti larangan impor dengan bea masuk yang lebih rendah, jika
dirasa diperlukan. Tetapi akan lebih baik jika dukungan diberikan
dengan bentuk lain seperti penyediaan infrastruktur dan riset pertanian.
3. Memperbolehkan siapapun untuk melakukan impor, dibandingkan
dengan hanya memberikan izin pada beberapa pihak tertentu.
4. Memberikan kewenangan penetapan kebijakan bea masuk dan
kebijakan perdagangan lainnya pada satu kementerian saja, untuk
menghindari konflik antar kementerian yang berbeda.
IV. PEMBATASAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH YANG MERUGIKAN USAHA LOKAL DAN ORANG
MISKIN.
Salah satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin di daerah
pedesaan adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian. Setengah dari
penghasilan masyarakat petani miskin berasal dari usaha pendukung
pertanian. Untuk meningkatkan penghasilan tersebut, terutama yang berasal
dari usaha kecil dan menengah, perlu dibangun iklim usaha yang lebih
kondusif. Sayangnya, pemerintah daerah berlomba-lomba meningkatkan pendapatan mereka dengan cara mengenakan pajak dan pungutan daerah yang lebih tinggi. Usahawan pada saat ini harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengurus berbagai
izin yang sebelumnya dapat mereka peroleh secara cuma-cuma. Belum lagi
beban dari berbagai pungutan liar yang harus dibayarkan untuk menjamin
pengangkutan barang berjalan secara lancar dan aman. Berbagai biaya ini
menghambat pertumbuhan usaha di tingkat lokal dan menurunkan harga
jual yang diperoleh penduduk miskin atas barang yang mereka produksi.
Oleh karena itu pemerintah dapat berusaha menurunkan beban yang
ditanggung oleh penduduk miskin dengan cara:
1. Menggantikan sistem pajak daerah yang berlaku dengan mengeluarkan
daftar sumber penghasilan yang boleh dipungut oleh pemerintah
daerah. Daftar tersebut harus mencakup sumber penghasilan yang
dapat meningkatkan penghasilan daerah secara signifikan, misalnya
sumber penghasilan dari pajak bumi dan bangunan.
2. Menghentikan pungutan pajak dan retribusi daerah yang tidak diperlukan,
dengan mengharuskan pemerintah daerah untuk mengadakan
pengkajian dampak suatu peraturan sebelum mengeluarkan pungutan
baru. Pungutan yang akan diambil itu juga harus diumumkan di berbagai
media, untuk memberikan kesempatan pada pengusaha dan sektor swasta
lainnya mengajukan masukan dan komentar.
3. Menciptakan dan memperbaiki sistem pelayanan satu atap dan
meningkatkan kemampuan serta pemberian insentif pada berbagai
elemen pemerintahan daerah. Cara ini dapat meningkatkan efisiensi
dalam pemberian pelayanan.
4. Membentuk sebuah komisi dalam mengawasi pungutan-pungutan liar
dan pembayaran yang dilindungi. Penanggulangan masalah ini
merupakan suatu hal yang sulit dilakukan, tetapi sangat penting untuk
memperbaiki iklim investasi. Komisi ini harus dapat menghasilkan proposal
untuk menanggulangi masalah pungutan liar tersebut dalam
waktu enam bulan setelah dibentuk.
V. PEMBERIAN HAK PENGGUNAAN TANAH BAGI PENDUDUK MISKIN.
Adanya kepastian dalam kepemilikan tanah merupakan faktor penting untuk
meningkatkan investasi dan produktifitas pertanian. Pemberian hak atas tanah
juga membuka akses penduduk miskin pada kredit dan pinjaman. Dengan
memiliki sertifikat kepemilikan mereka dapat meminjam uang,
menginvestasikannya dan mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari aktifitas
mereka1. Sayangnya, hanya 25 persen pemilik tanah di pedesaan yang
memiliki bukti legal kepemilikan tanah mereka. Ini sangat jauh dari kondisi
di Cina dan Vietnam, dimana sertifikat hak guna tanah dimiliki oleh hampir
seluruh penduduk. Program pemutihan sertifikat tanah di Indonesia berjalan
sangat lambat. Dengan program pemutihan yang sekarang ini dijalankan,
dimana satu juta sertifikat dikeluarkan sejak 1997, dibutuhkan waktu seratus
tahun lagi untuk menyelesaikan proses tersebut. Disamping itu, kepemilikan
atas 64 persen tanah di Indonesia tidaklah dimungkinkan, karena termasuk
dalam klasifikasi area hutan. Walaupun pada kenyataannya, di area tersebut
terdapat lahan pertanian, pemukiman, bahkan daerah perkotaan. Agar
masyarakat miskin dapat menikmati adanya kepastian atas kepemilikan tanah
mereka, hal-hal di bawah ini patut mendapat pertimbangan:
1. Mempercepat program sertifikasi tanah secara dramatis agar setidaknya
mencapai tingkatan yang sama dengan rata-rata negara Asia Timur lainnya.
2. Mengkaji ulang dan memperbaiki undang-undang pertanahan,
kehutanan dan juga pertanian.
3. Mengkaji kemungkinan redistiribusi tanah milik perusahan negara yang
tidak digunakan kepada masyarakat miskin yang tidak memiliki tanah.
4. Mengakomodasi kepemilikan komunal atas tanah sebagai salah satu
bentuk kepemilikan. Prinsip yang terpenting adalah kepastian dalam
penggunaan tanah, bukan hanya pada kepemilikan secara pribadi.
5. Mendukung adanya penyelesaian masalah pertanahan secara
kekeluargaan, disamping membentuk peradilan khusus mengenai
masalah pertanahan.
6. Mempersiapkan peraturan yang menjamin kepastian hukum bagi
masyarakat miskin yang tinggal di area perhutanan.
VI. MEMBANGUN LEMBAGA-LEMBAGA PEMBIAYAAN MIKRO YANG MEMBERI MANFAAT PADA
PENDUDUK MISKIN.
Sekitar 50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik terhadap
lembaga pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening
tabungan. Kondisi ini terlihat lebih parah di daerah pedesaan. Solusinya
bukanlah dengan memberikan pinjaman bersubsidi. Program pemberian
pinjaman bersubsidi tidak dapat dipungkiri telah memberi manfaat kepada
penerimannya. Tetapi program ini juga melumpuhkan perkembangan
lembaga pembiayaan mikro (LPM) yang beroperasi secara komersial. Padahal,
lembaga-lembaga semacam inilah yang dapat diandalkan untuk melayani
masyarakat miskin secara lebih luas. Solusi yang lebih tepat adalah
memanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial
kepada lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut. Berbagai langkah
penting yang dapat diambil untuk meningkatkan akses penduduk miskin
atas kredit pembiayaan adalah:
1. Menyelesaikan rancangan undang-undang mengenai LPM yang
memberikan dasar hukum dan kerangka kelembagaan bagi lembaga
pembiayaan mikro untuk menghimpun dan menyalurkan dana bagi
penduduk miskin.
2. Membangun hubungan antara sektor perbankan dengan LPM, misalnya
dengan memberikan kesempatan bagi BKD untuk menjadi agen untuk
bank-bank komersial dalam menghimpun dan menyalurkan dana.
3. Menghentikan penyaluran bantuan modal dan skema pinjaman yang
disubsidi. Dana sebanyak tiga trilliun rupiah yang selama ini disalurkan,
dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan
lembaga pembiayaan mikro, baik yang formal maupun yang berasal
dari inisiatif masyarakat setempat, untuk dapat mengjangkau kalangan
yang lebih luas.
4. Mengesahkan revisi Undang-Undang Koperasi guna memberikan
kerangka hukum yanglebih baik untuk pengembangan pembiayaan
mikro, termasuk mewajibkan adanya audit dan pengawasan eksternal
bagi koperasi simpan pinjam.
VII. PERBAIKAN ATAS KUALITAS PENDIDIKAN DAN PENYEDIAAN PENDIDIKAN
TRANSISI UNTUK SEKOLAH MENENGAH.
Indonesia telah mencapai hasil yang memuaskan dalam meningkatkan
partisipasi di tingkat pendidikan dasar. Hanya saja, banyak anak-anak dari
keluarga miskin yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dan terpaksa keluar
dari sekolah dasar sebelum dapat menamatkannya (lihat gambar dibawah).
Hal ini terkait erat dengan masalah utama pendidikan di Indonesia, yaitu
buruknya kualitas pendidikan. Pemerintah dapat memperbaiki kualitas
pendidikan dan mencegah terputusnya pendidikan masyarakat miskin
dengan cara:
1. Membantu pengembangan manajemen dan pembiayaan pendidikan
yang bertumpu pada peran sekolah. Pemerintah di tingkat kabupaten
dan kota perlu didorong untuk menyediakan dana bagi sekolah dalam
bentuk block grants. Dengan begitu transparansi dan pengawasan
masyarakat akan dapat ditingkatkan. Dana sekolah tersebut harus
disusun sesuai prinsip transparansi dan prosedur yang jelas. Dengan
meningkatnya akuntabilitas sekolah kepada masyarakat, kualitas
pendidikan akan dapat ditingkatkan.
2. Menyediakan dana bantuan pendidikan bagi masyarakat miskin. Dana
tersebut berasal dari pemerintah pusat yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan rencana pengembangan pendidikan di daerah. Dana
ini dapat disalurkan dalam bentuk DAK dan ditargetkan untuk
membantu sekolah yang menyediakan pendidikan bagi masyarakat
miskin serta tidak dapat memenuhi standar yang dibutuhkan.
Pemberian dana ini dapat dikaitkan dengan kondisi perbaikan mutu
dan tambahan bagi iuran sekolah.
3. Mengubah beasiswa Jaring Pengaman Sosial menjadi program beasiswa
untuk membantu siswa dari kalangan miskin dalam masa transisi dari
sekolah dasar ke sekolah lanjutan.
VIII.MENGURANGI TINGKAT KEMATIAN IBU PADA SAAT PERSALINAN.
Hampir 310 wanita di Indonesia meninggal dunia pada setiap 10.000
kelahiran hidup. Angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Tingkat
kematian menjadi tinggi terkait dengan dua sebab. Pertama karena ibu yang
melahirkan sering terlambat dalam mencari bantuan medis. Sering terjadi
juga bantuan medis yang dibutuhkan tersebut tidak tersedia. Kedua karena
kebanyakan ibu yang melahirkan lebih memilih untuk meminta bantuan
bidan tradisional daripada fasilitas medis yang tersedia. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kematian
tersebut, yaitu:
1. Meluncurkan kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran atas
manfaat penanganan medis professional pada saat persalinan, serta
periode sebelum dan sesudahnya.
2. Menyediakan bantuan persalinan gratis bagi penduduk miskin, baik di
klinik kesehatan maupun dengan bantuan bidan desa. Lebih jauh lagi,
pemerintah dapat menyediakan bantuan transportasi pada klinik
kesehatan setempat. Bantuan ini dapat dikelola melalui sistem kartu
kesehatan yang telah ada.
3. Meningkatkan pelatihan bagi bidan desa, baik secara formal maupun
dengan melibatkan mereka pada pelayanan medis. Berbagai usaha
untuk memperluas jangkauan pelayanan bidan desa di daerah-daerah
terisolir juga patut mendapat perhatian.
IX. MENYEDIAKAN LEBIH BANYAK DANA UNTUK DAERAH-DAERAH MISKIN.
Kesenjangan fiskal antar daerah di Indonesia sangatlah terasa. Pemerintah
daerah terkaya di Indonesia mempunyai pendapatan per penduduk 46 kali
lebih tinggi dari pemerintah di daerah termiskin. Akibatnya pemerintah
daerah yang miskin sering tidak dapat menyediakan pelayanan yang
mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pemberian dana yang
terarah dengan baik dapat membantu masalah ini. Untuk memecahkan
masalah tersebut, pemerintah dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
1. Memperbaiki formulasi Dana Alokasi Umum (DAU) agar memungkinkan
pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan dasar yang cukup
baik. DAU dimaksudkan untuk membantu kesenjangan keuangan antar
daerah berdasarkan formula yang memperhitungkan tingkat
kemiskinan, luas wilayah, jumlah penduduk, biaya hidup dan kapasitas
fiskal. Tetapi pada kenyataannya, dana ini masih dialokasikan berdasar
pola pengeluaran pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu penetapan
besar DAU harus lebih banyak didasarkan formula di atas, bahkan
dengan memberikan porsi yang lebih besar pada tingkat kemiskinan.
2. Meningkatkan pemberian DAK untuk menunjang target program
nasional pengentasan kemiskinan. Dana Alokasi Khusus dapat menjadi
insentif bagi pemerintah daerah untuk memenuhi target penurunan
tingkat kemiskinan. Oleh karena itu DAK harus ditingkatkan fungsinya
dan dikaitkan dengan program pengentasan kemiskinan, termasuk
infrastruktur di daerah pedesaan, kesehatan, pendidikan, serta
penyediaan air bersih dan sanitasi. Daerah yang lebih miskin harus
dapat menerima DAK yang lebih besar, mengingat DAU belum dapat
memperkecil kesenjangan pembiayaan antar daerah. Peningkatan DAK
dapat dilakukan dengan memotong anggaran pemerintah pusat di
daerah melalui departemen teknis, yang selama ini dikenal sebagai
Daftar Isian Proyek (DIP).
X. MERANCANG PERLINDUNGAN SOSIAL YANG LEBIH TEPAT SASARAN.
Program perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin
serta subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakan belum mencapai sasaran
dengan baik. Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia mengeluarkan Rp 74
trilliun untuk perlindungan sosial. Angka ini lebih besar dari pengeluaran di
bidang kesehatan dan pendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat
dinikmati oleh penduduk miskin, sementara sekitar Rp60 trilliun lebih banyak
dinikmati oleh masyarakat mampu. Secara rata-rata, rumah tangga miskin
hanya memperoleh subsidi sebesar Rp12.000 untuk beras dan Rp 9.000 untuk
minyak tanah setiap bulannya. Pemerintah dapat meningkatkan bantuan pada
masyarakat miskin disamping mengadakan penghematan dengan cara:
1. Mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Sebagian besar BBM
digunakan untuk keperluan kendaraan bermotor, yang lebih banyak
dinikmati oleh golongan menengah dan kaya. Pemotongan subsidi BBM
dalam anggaran 2005 dapat menghemat Rp 15 trilliun. Jika harga solar
dapat dinaikkan ke harga tertinggi yang ditetapkan oleh Keppres, maka
akan didapat tambahan penghematan sebesar Rp 12 trilliun.
2. Menggunakan tabungan pemerintah yang ada untuk mengembangkan
program perlindungan sosial, termasuk memperluas aktifitas program
tersebut, tetapi dengan sasaran yang lebih tepat.
3. Memperbaiki penetapan sasaran agar dapat menyentuh lebih banyak
penduduk miskin. Sistem pendataan penduduk miskin yang ada,
termasuk pemeringkatan oleh BKKBN, mahal dan sering tidak akurat.
Pemerintah dapat menjalankan program bantuan dengan menggunakan
peta kemiskinan. Peta ini, disusun oleh BPS, memberikan informasi
mengenai kecamatan-kecamatan termiskin yang patut mendapatkan
bantuan. Penduduk miskin di daerah tersebut kemudian dapat
dijangkau melalu kombinasi: (i) penetapan sasaran keluarga miskin
dengan melibatkan masyarakat setempat dalam proses identifikasi,
penyerahan dan pengawasan program bantuan tersebut; serta (ii)
dengan merancang program tersebut sedemikian rupa sehingga hanya
dalam bentuk beras bermutu rendah, serta minyak tanah yang dikemas
dalam botol dapat mencapai sasaran yang lebih baik. Sementara itu,
menerapkan prinsip kompetisi dalam distribusi beras dan minyak tanah
akan mengurangi biaya lebih jauh lagi.
4. Membentuk gugus tugas yang mengkaji sistem perlindungan sosial.
Saat ini program perlindungan bantuan sosial dan berada di bawah
kewenangan beberapa kementerian yang berbeda. Kebanyakan
dijalankan pada saat krisis tanpa dilengkapi sistem pengawasan dan
penilaian yang memadai. Untuk memaksimalkan manfaat b
PENGERTIAN KRIMINALITAS
Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana telah berusaha memberikan pengertian kejahatan secara yuridis berarti segala tingkah laku manusia yang dapat dipidana ,yang diatur dalam hukum pidana. Kriminalitas atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembnuh, perampok, atau teroris. Walaupun begitu kategori terakhir, teroris, agak berbeda dari kriminal karena melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham.
Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah negara hukum: seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku tindak kriminal yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman disebut sebagai terpidana atau narapidana.Dalam mendefinisikan kejahatan, ada beberapa pandangan mengenai perbuatan apakah yang dapat dikatakan sebagai kejahatan. Definisi kejahatan dalam pengertian yuridis tidak sama dengan pengertian kejahatan dalam kriminologi yang dipandang secara sosiologis.
Secara yuridis, kejahatan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang melanggar undang-undang atau ketentuan yang berlaku dan diakui secara legal. Secara kriminologi yang berbasis sosiologis kejahatan merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat korban) dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat. Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi non-formal.
Berikut pengertian kejahatan dipandang dalam berbagai segi:
• Secara yuridis, kejahatan berarti segala tingkah laku manusia yang dapat dipidana,yang diatur dalam hokum pidana.
• Dari segi kriminologi,setiap tindakan Dari segi kriminologi setiap tindakan atau perbuatan tertentu yang tindakan disetujui oleh masyarakat diartikan sebagai kejahatan. Ini berarti setiap kejahatan tidak harus dirumuskan terlebih dahulu dalam suatu peraturan hokum pidana. Jadi setiap perbuatan yang anti social,merugikansertab menjengkelkan masyarakat,secara kriminologi dapat dikatakan sebagai kejahatan
• Arti kejahatan dilihat dengan kaca mata hokum, mungkin adalah yang paling mudah dirumuskan secara tegas dan konvensional. Menurut hokum kejahatan adalah perbuatan manusia yang melanggar atau bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam kaidah hokum; tegasnya perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah hokum,dan tidak memenuhi atau melawan perintah-perintah yang telah ditetapakan dalam kaidah hokum yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan bertempat tinggal.(Soedjono. D,S.H.,ilmu Jiwa Kejahatan,Amalan, Ilmu Jiwa Dalam Studi Kejahatan,Karya Nusantara,Bandung,1977,hal 15).
Relatifnya kejahatan bergantung pada ruang,waktu,dan siapa yang menamakan sesuatu itu kejahatan. “Misdad is benoming”, kata Hoefnagels; yang berarti tingkah laku didefenisikan sebagai jahat oleh manusia-manusia yang tidak mengkualifikasikan diri sebagai penjahat. (J.E. Sahetapy, Kapita Selekta Kriminologi,Alumni, Bandung, 1979,hlm.67.)
Dalam konteks itu dapat dilakukan bahwa kejahatan adalah suatu konsepsi yang bersifat abstrak. Abstrak dalam arti ia tidak dapat diraba dan tidak dapat dilihat,kecuali akibatnya saja.
PENGERTIAN PENJAHAT DAN JENIS-JENISNYA
Orang yang bagaimana yang dimaksudkan sebagai seorang penjahat? Di dalam pikiran umum,perkataan “penjahat” berarti mereka yang dimusuhi masyarakat. Di dalam arti inilah Trade menyatakan bahwa para penjahat adalah sampah masyarakat.Berdasarkan tradisi hokum (peradilan) yang demokratis bahkan eorang yang mengaku telah melakukan suatu kejahatan ataupun tidak dipandang sebagai seorang penjahat sampai kejahatannya dibuktikan menurut proses peradilan yang telah ditetapkan.
Maka sesuai dengan itu, seorang penjaga penjara tidak akan dapat dibenarkan menurut hokum kalau menerima sesorang yang tidak pernah resmi dinyatakan bersalah dan dihukum,dan para pejabat Negara tidak akan dapat secara benar-benar menghilangkan hak-hak sipil kepada orang-orang yang tidak pernah dinyatakan bersalah mengenai suatu kejahatan. Begitu pula halnya,para ahli kriminologi tidak dapat secara benar-benar dapat dipertanggung jawabkan menetapkan sebagai penjahat kepada orang-orang yang bertingkah laku secara antisocial,tetapi tidak melanggar suatu undang-undang pidana.(Ibid,hal 34,35).
Di Indonesia secara tegas tidak dijumpai orang yang disebut penjahat; dalam peruses peradilan pidana,kita hanya mengenal secara resmi istilah-istilah : tersangka,tertuduh,terdakwa dan terhukum atau terpidana. Sedangkan kata-kata seperti penjahat,bandit,bajingan hanya dalam kata sehari-hari yang tidak mendasar pada ketentuan hokum.
A. Adapun tipe atau jenis-jenis menurut penggolongan para ahlinya adalah sebagai berikut ;
1. Penjahat dari kecendrungan(bukan karena bakat).
2. Penjahat karena kelemahan(karena kelemahan jiwa sehingga sulit menghindarkan diri untuk tidak berbuat).
3. Penjahat karena hawa nafsu yang berlebihan dan putus asa.penjahat terdorong oleh harga diri atau keyakinan.
B. Pembagian menurut Seelig :
1. Penjahat karena segan bekerja.
2. Penjahat terhadap harta benda karena lemah kekuatan bathin untuk menekan godaan.
3. Penjahat karena nafsu menyarang.
4. Penjahat karena tidak dapat menahan nafsu seks.
5. Penjahat karena mengalami krisis kehidupan
6. penjahat terdorong oleh pikirannya yang masih primitive.
7. Penjahat terdorong oleh keyakinannya.
8. Penjahat karena kurang disiplin kemasyarakatan.
9. Penjahat campuran ( gabungan dari sifat-sifat yang terdapat pada butir 1 s/d 8 )
C. Pembagian menurut Capelli
1. Kejahtan karena factor-faktor psikopathologis, yang pelakunya terdiri dari
a) Orang-orang yang sakit jiwa.
b) Orang-orang yang berjiwa abnormal (sekalipun tidak sakit jiwa).
2. Kejahatan karena factor-faktor cacad atau kemunduran kekuatan jiwa dan raganya,yang dilakukan oleh :
a) Orang-orang yang menderita cacad setelah usia lanjut.
b) Orang-orang menderita cacad badaniah atau rohaniah sejak masa kanak-kanak ; sehingga sukar menyesuaikan diri di tengah masyarakatnya.
3. Kejahatan karena factor-faktor social yang pelakunya terdiri dari :
Penjahat kebiasaan.
a) Penjahat kesempatan,karena menderita kesulitan ekonomi atau kesulitan fisik.
b) Penjahat yang karena pertama kali pernah berbuat kejahatan kecil yang sifatnya kebetulan dan kemudian berkembang melakukan kejahatan yang lebih besar dan lebih sering.
c) Orang-orng yang turut serta pada kejahatan kelompok seperti, pencurian-pencurian di pabrik dan lain sebagainya.
Bila kita perhatikan kategori jenis-jenis pelanggar hokum atau disebut dalam bahasa inggris Criminal , yang sementara kita alih bahaskan dengan penjahat ; maka terdapat diantarnya penjahat yang dalam melakukan kejahatannya dengan:
1. Kesadaran yang memang sudah merupakan pekerjaannya (professional criminal). Yang dapat dilakukan oleh perorangan seperti penjahat-penjahat bayaran, yang diupah untuk menganiaya atau bahkan membunuh. Atau dilakukan secara kelompok dan teratur seperti dalam bentuk kejahatan yang diorganisir (beda misalnya Donald R Cressey “Criminal Organization”,Heiniman Educational Books,London,1972)
2. Kesadaran bahwa tindakan tersebut harus dilakukan sekalipun merupakan pelanggaran hokum ; yaitu penjahat yang melakukan kejahatan dengan ditimbang-timbang atau dengan persiapan terlebih dahulu.
3. Kesadaran bahwa pelaku tidak diberi kesempatan oleh masyarakat atau pekerjaan dalam masyarakat tak bias memberi hidup,sehingga memilih menjadi resdidivisi.
SEBAB TERJADINYA KRIMINALITAS DAN JENIS-JENISNYA
Sebab –sebab terjadinya kejahatan adalah bermacam-macam . Walaupun secara jelas belum dapat diberikan sutu teori tentang sebab-sebab kejahatan, namun banyak factor yang telah diidentifikasikan ,yang sedikt banyaknya mempunyai korelasi dengan frekuensi kejahatan. Factor-faktor tersebut secara kasar dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori,walaupun demarkasi antara ketiganya tidak selalu jelas, yaitu:
1. Kondisi-kondisi social yang menimbulkan hal-hal yang merugikan hidup manusia. Kemiskinan yang meluas dan pengangguran,pemerataan kekayaan yang belum berhasil diterapkan, pemberian ganti rugi tidak memadai, pada orang-orang yang tanahnya diambil pemerintah kurangnya fasilitas pendidikan,dan lain-lain.
2. Kondisi yang ditimbulkan oleh urbanisasi dan industrialasai. Indonesia sebagai suatu Negara berkembang sebenarnya menghadapi suatu dilemma. Pada satu pihak merupakan suatu keharusan untuk melaksanakan pembangunan,dan pada pihak lain pengakuan yang bertambah kuat, bahwa harga diri pembangunan itu ,adalah peningkatan yang menyolok dari kejahatan. Luasnya problema yang timbul karena banyaknya perpindahan, dan peningkatan fasilitas kehidupan,bisanya ,biasanya dinyatakan sebagai “urbanisasi yang berlebihan” (overurbanization) dari suatu Negara. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan peningkatan kejahatan yang tambah lama tambah kejam diluar kemanusiaan.
3. Kondisi lingkungan yang memudahkan orng melakukan kejahatan. Contoh-ciontoh adalah memamerkan barang-barang dengan menggiurkan di supermarket,mobil dan rumah yang tidak terkunci ,took-toko yang tidak dijaga, dan kurangnya pengawasan atas senjata api dan senjata-senjata lain yang berbahaya. Tidak diragukan bahwa banyak calon-calon penjahat yang ingin melakukannya jika melakukannya jika pelaksanannya secara fisik dibuat sulit.(anami)
Cavan membagi 9 jenis kejahatan yang dijumpai di Amerika.
1. The Casual Offender
2. the Occasional Criminal
3. the Episodic Criminal
4. The White Collar Criminal
5. The Habitual Criminal
6. The Proffesional Criminal
7. Organized Crime
8. The mentally Abnormal criminal27) (Sudjono.D.S.H.,Kriminalitas dan ilmu Forensik,bandung ,1976.hal 97)
9. The nonmalicious Criminal
Adalah:
1. Pelanggaran – pelanggaran ringan.
2. Kejahatan – kejahatan ringan.
3. Kejahatan yang disebabkan oleh dorongan emosi.
4. Kejahatan yang dilakukan oleh orang – orang yang berstatus sosial tinggi dan perbuatannya terselubung dalam jabatannya.
5. Penjahat yang mengulang – ngulang perbuatan jahatnya.
6. Penjahat yang melakukan kejahatannya sebagai suatu nafkah.
7. Kejahatan – kejahatan yang diorganisir umumnya bergerak di bidang pengedaran gelap narkotik, perjudian, rumah – rumah prostitusi dan lain –lain.
8. penjahat-penjahat yang melakukan peerperbuatannya karena ketidaknormalan (psychopatis dan psychotis).
9. Penjahat atau katakanlah pelanggar – pelanggar hukum, yang melakukan perbuatan yang menurut kesadaran dan atau kepercayaan bukan merupakan kejahatan bahkan menganggapnya suci.
Sedangkan W.A.Bonger dalam buku kecilnya Pengantar Tentang Kriminologi, secara sederhana dan lebih bersifat umum dan universal, membagi kejahatan dalam 4 jenis, yaitu :
1. Kejahatan ekonomi
2. Kejahatan kekerasan
3. Kejahatan Seks
4. Kejahatan Politik
Pembagian tersebut didasarkan pada motivasi dilakukannya kejahatan tersebut yang berhubungan dengan factor-faktor ekonomi yaitu dorongan untuk melakukan kekerasan dan siksaan, dorongan seksual dan motif -motif politis.
Jenis-jenis kriminalitas yang telah diklasifikasikan oleh Cavan dan W.A. Bonger di atas, kecuali pelanggaran-pelanggaran ringan dan kejahatan-kejahatan ringan pada point 1 dan 2 dalam klasifikasi yang diurutkan oleh Cavan, semuanya dapat menyebabkan kematian, apabila suatu kriminalitas itu berakhir dengan pembunuhan.
SOLUSI kriminalitas
Di Indonesia, data-data kepolisian menunjukkan terjadinya kejahatan sebagai berikut (Vide, Majalah Selecta, 1116 Tahun XXV).
a. Pencurian dengan kekerasan terjadi pada setiap 4,5 menit
b. Penganiayaan berat terjadi pada setiap 31 menit
c. Pemerasan terjadi pada setiap 3 jam
d. Pemerkosaan terjadi pada setiap 3,5 jam.
e. Penculikan terjadi pada setiap 4,5 jam.
f. Pembunuhan terjadi pada setiap 4,5 jam.
Demikian kenyataan gambaran kejahatan yang melanda masyarakat Indonesia yang boleh dikatakan telah menjadi penyakit yang perlu mendapat perawatan segera, yang menantang para pemimpin, ahli-ahli hukum, para psikolog, pemerintah dan lain-lainnya, terutama para orang-orang tua untuk mencegah daya jelajahnya agar jangan sampai menular pada generasi penerus bangsa yaitu anak-anak.
Beberapa alasan mengapa mencurahkan perhatian yang lebih besar pada pencegahan sebelum kriminalitas dan penyimpangan lain dilakukan.
Adapun alasannya sebagai berikut:
1. Tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada tindakan represif dan koreksi. Usaha pencegahan tidak selalu memerlukan suatu organisasi yang rumit dan birokrasi, yang dapat menjurus ke arah birokratisme yang merugikan penyalahgunaan kekuasaan/wewenang. Usaha pencegahan adalah lebih ekonomis bila dibandingkan usaha represif dan rehabilitasi. Untuk melayani jumlah orang yang lebih besar jumlahnya tidak diperlukan banyak dan tenaga seperti pada usaha represif dan rehabilitasi menurut perbandingan. Usaha pencegahan juga dapat dilakukan secara perorangan / sendiri-sendiri dan tidak selalu memerlukan keahlian seperti pada usaha represif dan rehabilitasi. Misalnya menjaga diri jangan sampai menjadi korban kriminalitas, tidak lalai mengunci rumah/kenderaan, memasang lampu di tempat gelap dan lain-lain.
2. Usaha pencegahan tidak perlu menimbulkan akibat yang negatif seperti antara lain: stigmatisasi (pemberian cap pada yang dihukum / dibina), pengasingan, penderitaan dalam berbagai bentuk, pelanggaran hak asasi, permusuhan/kebencian terhadap satu sama lain yang dapat menjurus ke arah residivisme. Viktimisasi structural (penimbulan korban struktur tertentu dapat dikurangi dengan adanya usaha pencegahan tsb, misalnya korban suatu sistem hukuman, peraturan tertentu sehingga dapat mengalami penderitaan metal fisik dan social).
3. Usaha pencegahan dapat pula mempererat persatuan, kerukunan dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat. Dengan demikian, usaha pencegahan dapat membantu orang mengembangkan orang bernegara dan bermasyarakat lebih baik lagi. Oleh karena mengamankan dan mengusahakan strabilitas dalam masyarakat, yang diperlukan demi pelaksanaan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Usaha pencegahan kriminalitas dan penyimpangan lain dapat merupakan suatu usaha menciptakan kesejahteraan mental, fisik dan sosial seseorang.
Kita mengetahui bahwa pada masa yang silam reaksi hukuman atas kejahatan sangat berat tujuannya untuk menakut-nakuti masyarakat agar jangan melakukan kejahatan, dan siksaan sebagai pembalasan. Hingga kini masih tampak usaha mengurangi kejahatan dengan memperberat sanksi-sanksi pidananya sekalipun. Kita tahu bahwa cara-cara tersebutb tidak efisien. Itulah sebabya Politik Kriminal (cara-cara menanggulangi kejahatan) condong ke arah rehabilitasi narapidana dan mencegah kemungkinan timbulnya kejahatan debgan usaha pendidikan dan pergaulan tradisional (kekeluargaan) yang bernilai dalam hal ini pengetahuan tentang faktor-faktor kriminogen dalam masyarakat yang bersangkutan adalah sangat penting karena dengan diketahuinya faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejahatan kita akan mempunyai pegangan di dalam politik kriminal homogen yang bila kita bentuk akan melindungi masyarakat. Dalam hal ini, dapat dilakukan tindak cara :
Satu : Pemisahan (pengasingan) yang relatif permanen antaa penjahat dan masyarakat harus ditiadakan karena pemisahan tersebut hanya akan menimbulkan masyarakat dengan pelanggaran saja, tetap tidak memperbaiki narapidana itu sendiri.
Dua : Politik ini kena dituangkan ke dalam masyarakat tanpa mengalihkan mereka ke dalam proporsi luas yang tidak mempunyai kepastian di dalam masyarakat yang terorganisasi yang merupakan kebudayaan umum yang anti kriminal.
Tiga : Politik ini akan memberikan batasan kepada individu dan situasi sosial yang sering kali timbul. Proteksi terhadap kejahatan perlu diadakan perubahan.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa di dalam masyarakat yang terorganisasi mencela kejahatan sama kerasnya dengan mencela hukuman-hukuman berat, dan mempunyai pendapat bahwa pengawasan dan pencegahan akan berpengaruh lebih besar terhadap kejahatan.
Dapat dikatakan perilaku kriminal adalah suatu perilaku yang beradaptasi pada suatu hasil kondisi lingkungan tertentu. Dengan demikian kita sampai pada perhatian adaptasi pada suatu lingkungan sebagai suatu proses yang menetukan. Dikatakan bahwa perilaku kriminal itu mengandung beberapa unsur lain seperti :
a. Unsur pendukung pada suatu perbuatan kriminal.
b. Resiko yang dikandung dalam pelaksanaan suatu kriminalitas.
c. Masa lampau yang mengkondisikan seorang individu terlibat.
d. Struktur kemungkinan untuk melakukan suatu kriminalitas.
Unsur yang terakhir kemungkinan/kesempatan untuk melakukan kriminalitas juga ada hubungannya dengan pola-pola respons yang berbeda-beda karena seseorang individu tidak akan berlaku kriminal dan menimbulkan korban sampai ada suatu kesempatan untuk berbuat kriminal muncul dengan sendirinya dalam suatu lingkungan. Lokasi kriminalitas ada pada suatu lingkungan dan tidak ada pada seorang individu. Suatu struktur lingkungan yang sesuai bagi seseorang akan memungkinkan orang tersebut menjadi kriminal atau tidak kriminal. Misalnya : sistem pengawasan lemah dan lingkungan yang sepi, gelap dan berdesak-desak.
Usaha pencegahan mempunyai beberapa persoalan dalam pelaksanaanya dan menimbulkan persoalan lain lebih lanjut antara lain :
1. Persoalan partisipasi dan tanggung jawab
a. Sejauh manakah setiap anggota masyarakat kota sadar dan merasa ikut serta betanggung jawab dalam usaha pencegahan kriminalitas ini sesuai dengan kemampuannya masing-masing di daerah perkotaan dan mempunyai akibat yang positif dan negatif. Misalnya bersedia bertindak atau melapor pada yang berwajib apabila menjadi korban suatu tindakan kriminal atau melihat langsung suatu kriminalitas, karena merasa ikut bertanggung jawab secra langsung atau tidak dalam timbulnya kriminalitas dalam suatu masyarakat. Adanya kesadaran untuk melapor pada yang berwajib apabila menjadi korban atau melihat orang lain menjadi korban kriminalitas; kesadaran untuk ikut membantu mencegah kriminalitas dengan ikut meronda, melakukan pengawasan pengadaan dana untuk kegiatan pada anak dan pemuda agar tidak menjadi delinquent.
b. Masih adanya asumsi bahwa pemerintah saja yang bertanggung jawab terhadap kriminalitas sehingga rakyat segan untuk ikut serta dalam usaha pencegahan tsb. Apalagi bila keinginan berpartisipasi dalam berbagai bentuk tidak mendapat sambutan atau dikembangkan dengan baik.
c. Persoalan disini adalah bagaimana mengembangkan kegairahan anggota masyarakat dalam usaha pencegahan tersebut sebagai warga kota yang baik (cara penyuluhan, isi penyuluhan)
2. Persoalan kooperasi dan koordinasi antara para partisipasi dalam pencegahan kriminalitas. Tidak adanya kooperasi dan koordinasi dalam usaha pencegahan kriminalitas merupakan hambatan pelaksanaaan pencegahan tersebut malahan dapat menimbulkan kriminalitas karena pertentangan yang tidak sehat (perlu diperhitungkan halangan dari organisasi kriminal dan politik). Misalnya tidak ada kerja sama antara badan-badan penegak hokum, saling berselisih paham dalam usaha pencegahan kriminalitas, karena prestise atau tidak rela pihak-pihak lain mendapat pujian, saling lepas tangan/tidak mau bertanggungjawab. Adanya organisasi kriminal dan politik yang menghalangi usaha pencegahan dan penertiban keamanan, karenajustru mempertahankan ketidaktertiban dan kekacauan demi kepentingan organisasi.
3. Persoalan planning dan program yang berhubungan erat dengan kooperasi dan koordinasi pencegahan kriminalitas. Tidak adanya planning dan program dalam usaha pencegahan kriminalitas mempersulit kooperasi dan koordinasi dalam usaha pencegahan kriminalitas (terutama dalam rangka pencegahan melalui perbaikan lingkungan dan perilaku). Misalnya, konflik kegiatan pencegahan antara badan-badan penegak hukum yang bertanggung jawab terhadap pengadaan keamanan dan ketertiban yang saling tidak setuju mengenai bentuk, lay out, penggunaan sarana dan cara pembinaan perilaku anggota masyarakat dan aparatur Pemerintah (Ibid, hal 18,19)
4. Untuk membuat planning dan program yangdapat dipertanggung jawabkan diperlukan data sebagai hasil penelitian. Maka persoalan yang timbul sekarang adalah yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian tersebut dengan fasilitas para pelaksana / tenaga dan dana. Misalnya, sarana, dana, pelaksanaan kebijakasanaan, rumusan Undang-Undang / peraturan penafsiran yang berbeda antara para partisipasi dalam usaha pencegahan kriminalitas.
5. Yang perlu juga mendapat perhatian adalah persoalan yang berhubungan dengan faktor-faktor lain yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pencegahan kriminalitas di daerah perkotaan.
6. Persoalan perlu ada tidaknya peraturan / Undang-Undang yang menjamin pelaksanaan usaha pencegahan secara bertanggung jawab. Misalnya, Undang-Undang / peraturan yang merupakan dasar / pedoman dan menjamin adanya pemerataan kesempatan memenuhi keperluan fisik mental, sosial setiap anggota masyarakat sehingga tidak melakukan kriminalitas.
7. Persoalan pencegahan kriminalitas dengan cara menghapuskan peraturan yang merumuskan suatu perbuatan sebagai suatu tindakan kriminal. Dengan penghapusan peraturan tersebut, tidak selalu dihapuskan juga dengan sendirinya, masalah yang harus dihilangkan secara formal.
Mencegah kejahatan berarti menghindarkan masyarakat dari jatuhnya korban, penderitaan korban serta kerugian lainnya. Meskipun demikian hal pencegahan ini tugas Jaksa belum secara langsung tersangkut dalam kegiatannya, namun secara nasional kiranya perlu ada perhatian. Kegiatan pencegahan kejahatan meliputi :
. Persoalan perlu ada tidaknya peraturan / Undang-Undang. (Ini telah dilakukan pemerintah antara lain dengan siskamling).
b. Pencegahan serta usaha mengurangi segala macam disorganisasi sosial. (Ini dapat ditangani oleh Dep. Sosial, Dep. P & K, Dep. Tenaga Kerja, Pramuka dsb).
c. Penggalakan penyuluhan hukum dan pemberian bantuan hukum.
Suatu hal ynag sekali lagi perlu ditegaskan ialah : kejahatan adalah fungsi kompleksitas masyarakat. Dan makin banyak diadakan peraturan, makin banyak pula kemungkinan pelanggaran.
Sebaliknya : peradaban telah berkembang dengan penuh inkonsistensi dan banyak menimbulkan frustrasi antara lain dengan makin melebarnya jurang antara pola hidup warga yang kaya dengan rakyat banyak yang masih harus hidup di bawah garis kemiskinan.
Juga konflik kebudayaan, bentrok kepentingan ekonomi memerlukan pemikiran yang serius guna menemukan pemecahan yang tidak hanya untuk kepentingan warga masyarakat dalam satu negara, tetapi bagi seluruh dunia. Masalah narkotika, ‘mafia’ perdagangan gela / penyelundupan merupakan isu yang dapat merusak generasi muda dalam merongrong nasionalisme (Drs. Santosa, op cit, Hal 6)
Supaya dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya, maka petugas penegak hukum, polisi dan jaksa perlu menguasai sarana kerja guna mempercepat penyelesaian pengusutan perkara dengan cepat pula menemukan pelaku pelanggar hukum dengan cara yang manusiawi. Dan saran kerja itu antara lain adalah metode interview / interogasi di samping alat-alat lain yang diperlukan dalam pemeriksaan penyelidikan.
Penjahat yang merasa ‘dimengerti’ akan lebih mudah siap membuka diri untuk pengakuan daripada yang terus-menerus merasa terancam. Sesungguhnya penjahat yang tertangkap itu memerlukan perlindungan.
KATA PENUTUP
Kesimpulan dari makalah kami adalah:
1. Kemiskinan dan kriminalitas adalah masalah social yang masuk dalam criteria masalah utama
2. kemiskinan dan kriminalitas merupakan masalah yang umum di masyarakat
3. Dalam penggulangan keduanya dibutuhkan kerjasama dari beberapa ihak
Demikianlah makalah yang bisa kami buat. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir kata Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
LAMPIRAN
Pertanyaan dan jawaban
Pertanyaan
1.Oleh Ainur pujianti
Apakah penaggulangan pemerintah Indonesia terhadap masalah kriminalitas sudah maksimal?
Jawab : pada dasarnya masalah kriminalitas sudah diatasi namun memang belum maksimal. Kendalanya mungin bersangkutan atau berkaitan dengan kemiskinan. Jadi tingginya angka kriminalitas sebagian besar terjadi jika angka kemiskinan semakin tinggi pula. Namun secara garis besar uu yang berlaku dinegara kita cukup tegas. Sayang masalahnya biasanya di lembaga-lembaga yang menangganinya sering mempermainkan sehingga membuat pelaku kriminalitas tidak begitu jera. Ini nanti akan berhubungan dengan dinamika social. Bagaimana cara penaggulangannya
2.Oleh inda Rahmawati
Menurut anda apa saja yang sudah di lakukan pemerintah Indonesia untuk emngatasi masalah kemiskinan? Apakah sudah cukup?
Jawab: di Indonesia sepert yang bisa kita lihat usaha pemerintah untuk meminimalisirkan kemiskinan cukup bisa di acungi jempol. Pasalnya angka kemiskinan menurun setiap tahunya. Program pemerintah seperti BLT, sembako Jamkesmas..dan program yang baru-baru ini adalah kredit untuk UKM. Ini sangat membantu karena dengan wirausaha setidaknya akan berdampak pada perbaikan ekonomi rakyat.
3. Oleh Icha muhlisohN.B
Apakah kemiskinan bisa mempercepat penyebaran penyakit”
Jawab: ya, karena seperti yang kita tau pada umumnya orang miskin tinggal diwilayah yang maaf sebelumnya, kumuh. Jadi secara langsung tempat kumuh mempermudah penyebaran suatu penyakit. Selain itu mahalnya biaya kesehatan juga berpengaruh. Padahal jika masyaraka suatu bangsa itu sehat otomatis bisa bekerja dengan optimal.
DAFTAR PUSAKA
The World Bank, 2007, Understanding Poverty
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_14/artikel_4.htm
Analisa factor emiskinan USU repository
www. Indonesia expending horizon.com
wilkipedia Indonesia
sosiologi Sma X, Idianto Muin
www.ocku.net
Alhamdulilahirobil’alamin itulah kata yang bisa kami ucapkan. Rasa syukur pantas untuk slalu dipanjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat Rahmat danRidhonya kami dapat menyelesaikan mekalah dengan judul “ KEMISKINAN DAN KRIMINALITAS” ini dalam waktu yang relative singkat.
Makalah ini pun di susun dalam rangka untuk pemenuhan tugas selain untuk menambah referensi bahan bacaan bagi siswa dalam materi ini. Sasaran makalah ini adalah siswa guna mengetahui lebih dalam tentang Kemiskinan dan Kriminalitas. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya makalah sederhana ini.
Akhirnya seperti bunyi pepatah tiada gading yang tak retak, maka kami menyadari di dalam makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu kritik dan saran sangat kamiharapkan.
Mojokerto,21 Agustus 2010
PENULIS
Pendahuluan
1,1 Latar Belakang
Sosiologi mempelajari pola-pola hubungan dalam masyarakat serta mencari pengertian-pengertian umum secara rasional dan empiris.oleh karenanya sosiologi mempelajari gejala-gejala yang teratur. Namun tidak semua gejala-gejala itu normal seperti masyarakat yang bersangkutan.gejala social yang tidak diinginkan tapi terjadi dinamakan masalah social. Salah satuanya adalah kemiskinan dan kriminalitas yang memiliki hubungan sinergi satu sama lain. Yabg nantinya berhubungan dengan dimensi social yaitu perubahan social, penyimpangan social serta penanggulangan social.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk laporan hasil belajar kami mengupas bab masalah social khususnya kemiskinan dan kriminalitas. Selain itu juga untuk memenuhi tugas dari guru kami. Selain itu pula kami bermaksud untuk menjadikan makalah ini sebagai salah satu sumber referensi siswa dalam bidang ini nantinya.
2.3 Rumusan Masalah
1. apakah pengertian kemiskinan dan kriminalitas?
2. bagaimanakah cara penaggulangannya?
3. factor apakah yang membuat maslah tersebut?
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………….1
Daftar isi………………………………………………………………………………..2
Pendahuluan………………………………………………………………………….3
Penegrtian kemiskinan…………………………………………………………4
Penyebab kemiskinan……………………………………………………………8
Penaggulangan kemiskinan………………………………………………..11
Pengertian kriminalitas…………………………………………………….19
Pengertian penjahat dan jenis-jenisnya…………………………21
Sebab terjadinya kriminalitas dan jenis-jenisnya…………24
Solusi kriminalitas………………………………………………………………27
Kata penutup………………………………………………………………………..32
Lampiran………………………………………………………………………………..33
Daftar pustaka…………………………………………………………………..34
PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan salah satu dari sekian banyak masalah social yang ada. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
• Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
• Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
• Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Peta dunia memperlihatkan persentase manusia yang hidup di bawah batas kemiskinan nasional. Perhatikan bahwa garis batas ini sangat berbeda-beda menurut masing-masing negara, sehingga kita sulit membuat perbandingan.
Peta dunia memperlihatkan Tingkat harapan hidup.
Peta dunia memperlihatkan Indeks Pembangunan Manusia.
Peta dunia memperlihatkan sebuah ukuran tentang kesenjangan pendapatan.
Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari
US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam
dan Kamboja digabungkan. Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara
tinggal di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga tidak mampu meningkatkan
berbagai indikator utama pembangunan sosial dibandingkan dengan negara-negara
Asia Timur lainnya. Tingkat kematian ibu hamil di Indonesia, misalnya,
dua kali lebih tinggi dari tingkat kematian di Filipina dan lima kali lebih tinggi
dari Vietnam. Hampir setengah dari penduduk Indonesia tidak mempunyai
akses yang cukup terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi.
Indonesia memang telah mencapai hasil yang memuaskan dalam
menurunkan tingkat kemiskinan sejak tahun 1960-an dan juga telah berhasil
mengurangi efek dari krisis. Tetapi Indonesia masih harus menghadapi tiga
masalah mendasar dalam upaya mengangkat sebagian besar penduduk yang
masih terhimpit kemiskinan dan kepapaan,
Kemiskinan dipelajari oleh banyak ilmu, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan budaya.
• Dalam ekonomi, dua jenis kemiskinan dipertimbangkan: kemiskinan absolut dan relatif.
• Dalam politik, perlawanan terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dll. Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal dan salah satu penyebab utama kejahatan.
• Dalam hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan.
• Dalam pendidikan, kemiskinan mempengaruhi kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan jadwal makan yang teratur membayangi kemampuan murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.
Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."
Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari AS$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari AS$ 2 perhariBerdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada 2001. Proyek Borgen menunjuk pemimpin Amerika memberikan AS$230 milyar per tahun kepada kontraktor militer, dan hanya AS$19 milyar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Perkembangan Milenium PBB untuk mengakhiri kemiskinan parah sebelum 2025.
\
Penyebab kemiskinan
Menurut Frances Fox Piven dan Richard A Cloward (Regulating the Poor: The Functions of Public Welfare, Vintage Books 1993), kemiskinan meliputi tiga aspek (1) kekurangan materi dan kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan; (2) tidak terpenuhinya kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat, termasuk dalam pendidikan dan informasi; dan (3) kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda, tergantung konteks politik dan ekonomi suatu negara
Kemiskinan jamak terjadi di negara berkembang, namun eksis pula di negara maju dalam bentuk komunitas tunawisma dan ghetto (daerah kumuh). Di Indonesia sendiri, menurut data Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (dibentuk tahun 2005 melalui Perpres Nomor 54, lihat www.tkpkri.org), Pemerintah telah melaksanakan program penanggulangan kemiskinan sejak tahun 1960-an melalui strategi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat yang tertuang dalam Pembangunan Nasional Berencana Delapan Tahun (Penasbede). Namun program tersebut terhenti di tengah jalan akibat krisis politik tahun 1965. Adapun pada era Orba, melalui Repelita dilakukan strategi khusus menuntaskan masalah kesenjangan sosial-ekonomi, yang mengerucut menjadi program Inpres Desa Tertinggal ( IDT). Namun, usaha Orba ini pun gagal akibat krisis ekonomi dan politik tahun 1997.
Selanjutnya, era reformasi menelurkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Keppres Nomor 190 Tahun 1998. Berbagai usaha di atas belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Data UNDP menyebutkan, Indeks Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index-HPI) yang memfokuskan perhatiannya pada proporsi manusia yang berada di bawah ambang batas dimensi pembangunan manusia yang sama dengan indeks pembangunan manusia-panjang umur dan hidup sehat, memiliki akses terhadap pendidikan, dan standar hidup yang layak, menyimpulkan Nilai HP-1 untuk Indonesia, yaitu 18,5, berada di urutan 41 dari 102 negara berkembang (data tahun 2005). Indeks ini semakin buruk dalam krisis energi dan pangan saat ini, ketika harga melonjak dan membuat pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, kesehatan) semakin tak terjangkau
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
• penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
• penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
• penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
• penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
• penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan. Masalah Kemiskinan di Indonesia
Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari
US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam
dan Kamboja digabungkan. Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara
tinggal di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga tidak mampu meningkatkan
berbagai indikator utama pembangunan sosial dibandingkan dengan negaranegara
Asia Timur lainnya. Tingkat kematian ibu hamil di Indonesia, misalnya,
dua kali lebih tinggi dari tingkat kematian di Filipina dan lima kali lebih tinggi
dari Vietnam. Hampir setengah dari penduduk Indonesia tidak mempunyai
akses yang cukup terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi.
Indonesia memang telah mencapai hasil yang memuaskan dalam
menurunkan tingkat kemiskinan sejak tahun 1960-an dan juga telah berhasil
mengurangi efek dari krisis. Tetapi Indonesia masih harus menghadapi tiga
masalah mendasar dalam upaya mengangkat sebagian besar penduduk yang
masih terhimpit kemiskinan dan kepapaan, yaitu:
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk miskin tidak
akan dapat dikurangi secara signifikan tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang miskin. Pada periode setelah krisis, berkurangnya penduduk miskin lebih banyak disebabkan karena
membaiknya stabilitas ekonomi dan turunnya harga bahan makanan.
Untuk menurunkan tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi merupakan suatu keharusan.
2. Peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin. Indonesia harus
dapat menyelesaikan masalah dalam bidang pelayanan sosial agar
manfaat dari pembangunan lebih dirasakan. Peningkatan dalam
efektifitas dan efisiensi pemberian pelayanan sosial, dapat dicapai
dengan mengusahakan perbaikan dalam sistem kelembagaan dan
kerangka hukum, termasuk dalam aspek-aspek yang terkait dengan
desentralisasi. Hal ini akan membuat penyedia jasa mengenali tanggung
jawab mereka dalam menjaga kualitas pelayanan yang diberikan,
disamping memberikan kesempatan bagi pemerintah dan masyarakat
untuk mengawasi aktifitas tersebut.
3. Perlidungan bagi si miskin. Kebanyakan penduduk Indonesia rentan
terhadap kemiskinan. Hampir 40 persen dari penduduk, hidup hanya
sedikit di atas garis kemiskinan nasional dan mempunyai pendapatan
kurang dari US$2 per hari. Perubahan sedikit saja dalam tingkat harga,
pendapatan dan kondisi kesehatan, dapat menyebabkan mereka berada
dalam kemiskinan, setidaknya untuk sementara waktu. Program
perlidungan sosial yang ada tidaklah mencukupi dalam menurunkan
tingkat resiko bagi keluarga miskin, walaupun memberikan manfaat
pada keluarga yang lebih berada. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan
menyediakan program perlindungan sosial yang lebih bermanfaat bagi
penduduk miskin serta masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan.
Kemiskinan berakibat pada partisipasi dan kwalitas orang miskin. Artinya akses anak miskin trehadap dunia pendidikan sangat terbatas dan kemungkinan putus sekolah sangatlah tinggi. Hal ini akan berdampak dikemudian hari jika anak-anak miskin menghadapi dunia kerja.selain itu orang miskin juga mendapat suatu kesenjangan sosial. Walau fenomena kemiskinan identik dengan keberadaan Negara berkembang namun masalah ini juga dialami oleh Negara maju, seperti Amerika serikat. Jadi tidaklah menjadi hal yang mudah menyelesaikan hakekat sejahtra untuk orang-orang yang miskin.
Mengurangi Kemiskinan
Penanganan berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan
kemiskinan yang jelas. Pemerintah dan berbagai pihak terkait
lainnya patut mendapat acungan jempol atas berbagai usaha yang telah
dijalankan dalam membentuk strategi penanggulangan kemiskinan. Hal
pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintahan adalah menyelesaikan
dan mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang
telah berjalan. Kemudian hal ini dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan.
Berikut ini dijabarkan sepuluh langkah yang dapat diambil dalam
mengimplementasikan strategi pengentasan kemiskinan tersebut.
I. PENINGKATAN FASILITAS JALAN DAN LISTRIK DI PEDESAAN.
Berbagai pengalaman di China, Vietnam dan juga di Indonesia sendiri
menunjukkan bahwa pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara
yang efektif dalam mengurangi kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi
di Indonesia relatif dalam keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari jalan
kabupaten berada dalam kondisi yang buruk. Sementara itu lima persen
dari populasi, yang berarti sekitar 11 juta orang, tidak mendapatkan akses
jalan untuk setahun penuh. Hal yang sama dapat terlihat pada penyediaan
listrik. Saat ini masih ada sekitar 6000 desa, dengan populasi sekitar 90 juta
orang belum menikmati tenaga listrik.
Walaupun berbagai masalah di atas terlihat rumit dalam pelaksanaannya,
solusinya dapat terlihat dengan jelas. Bisa berupa:
1. Menjalankan program skala besar untuk membangun jalan pedesaan
dan di tingkat kabupaten. Program pembangunan jalan tersebut juga
dapat meningkatkan penghasilan bagi masyarakat miskin dan
mengurangi pengeluaran mereka, disamping memberikan stimulasi
pertumbuhan pada umumnya.
2. Membiayai program di atas melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana
pembangunan harus ditargetkan pada daerah-daerah yang mempunyai
kondisi buruk, terutama dalam masalah kemiskinan. Peta lokasi
kemiskinan, bersama dengan peta kondisi jalan, dapat digunakan untuk
mengidentifikasi daerah-daerah tersebut. Masyarakat miskin setempat
juga harus dilibatkan agar hasilnya dapat sesuai dengan kebutuhan
mereka, serta menjamin tersedianya pemeliharaan secara lebih baik.
3. Menjalankan program pekerjaan umum yang bersifat padat karya. Program
seperti ini dapat menjadi cara yang efektif untuk menyediakan
fasilitas jalan di pedesaan disamping sebagai bentuk perlindungan
sosial. Untuk daerah yang terisolir, program ini bahkan dapat
mengurangi biaya pembangunan.
4. Menjalankan strategi pembangunan fasilitas listrik pada desa-desa yang
belum menikmati tenaga listrik ditingkatkan dengan memperbolehkan perusahaan penyedia jasa
kelistrikan untuk menjual tenaga listrik yang mereka hasilkan kepada
PLN. Akses pada jaringan yang dimiliki PLN juga patut dibuka dalam
rangka meningkatkan kompetisi tersebut. Penyusunan rencana
pelaksanaan dengan lebih terinci atas dua skema subsidi yang ada
sangatlah diperlukan, untuk menjamin subsidi tersebut tidak
menghambat penyediaan listrik secara lebih luas.
II. PERBAIKAN TINGKAT KESEHATAN MELALUI FASILITAS SANITASI YANG LEBIH BAIK.
` Indonesia sedang mengalami krisis penyediaan fasilitas sanitasi. Hanya kurang
dari satu persen limbah rumah tangga di Indonesia yang menjadi bagian
dari sistem pembuangan. Penyediaan fasilitas limbah lokal tidak dibarengi
dengan penyediaan fasilitas pengumpulan, pengolahan dan pembuangan
akhir. Pada tahun 2002, pemerintah hanya menyediakan anggaran untuk
perbaikan sanitasi sebesar 1/1000 dari anggaran yang disediakan untuk
penyediaan air. Akibatnya, penduduk miskin cenderung menggunakan air
dari sungai yang telah tercemar. Tempat tinggal mereka juga sering berada
di dekat tempat pembuangan limbah. Hal ini membuat penduduk miskin
cenderung menjadi lebih mudah sakit dan tidak produktif. Pada tahun 2001,
kerugian ekonomi yang timbul akibat masalah sanitasi diperkirakan mencapai
Rp 100.000,- per rumah tangga setiap bulannya. Untuk mengatasi hal tersebut
ada dua hal yang dapat dilakukan:
1. Pada sisi permintaan, pemerintah dapat menjalankan kampanye
publik secara nasional untuk meningkatkan kesadaran dalam
penggunaan fasilitas sanitasi yang lebih baik. Biaya yang diperlukan
untuk kampanye tersebut tidaklah terlalu tinggi, sementara
menjanjikan hasil yang cukup baik.
2. Pada sisi penawaran, tentu saja penyediaan sanitasi harus diperbaiki.
Aspek terpenting adalah membiayai investasi di bidang sanitasi yang
akan terus meningkat. Dua pilihan yang dapat dilakukan adalah: (i)
mengadakan kesepakatan nasional untuk membahas masalah
pembiayaan fasilitas sanitasi dan (ii) mendorong pemerintah lokal
untuk membangun fasilitas sanitasi pada tingkat daerah dan kota;
misalnya dengan menyediakan DAK untuk pembiayaan sanitasi ataupun
dengan menyusun standar pelayanan minimum.
III. PENGHAPUSAN LARANGAN IMPOR BERAS.
Larangan impor beras yang diterapkan bukanlah merupakan kebijakan yang
tepat dalam membantu petani, tetapi kebijakan yang merugikan orang miskin.
Studi yang baru saja dilakukan menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 juta orang
masuk dalam kategori miskin akibat dari kebijakan tersebut. Bahkan
bantuan beras yang berasal dari Program Pangan Dunia (World Food Program)
tidak diperbolehkan masuk ke Indonesia karena tidak memiliki izin
impor. Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan harga beras. Tetapi
ini hanya menguntungkan pihak yang memproduksi beras lebih dari yang
dikonsumsi, sementara 90 persen penduduk perkotaan dan 70 persen
penduduk pedesaan mengkonsumsi lebih banyak beras dari yang mereka
produksi. Secara keseluruhan, 80 persen dari penduduk Indonesia menderita
akibat proteksi tersebut, sementara hanya 20 persen yang menikmati
manfaatnya. Bahkan manfaat tersebut tidaklah sedemikian jelas. Harga beras
di tingkat petani tidak mengalami kenaikan yang berarti sementara harga di
tingkat pengecer naik cukup tinggi. Dapat dikatakan bahwa hanya para
pedagang yang menikmati manfaat kenaikan harga tersebut. Sementara itu,
dukungan dan bantuan bagi petani dapat dilakukan dengan berbagai cara
lain, seperti penyediaan infrastruktur pertanian dan pedesaan serta
penyediaan riset dalam bidang pertanian. Pengenaan bea masuk juga dapat
menjadi altenatif yang lebih baik daripada larangan impor. Oleh karena
beberapa langkah di bawah ini patut mendapat perhatian:
1. Penghapusan larangan impor beras.
2. Mengganti larangan impor dengan bea masuk yang lebih rendah, jika
dirasa diperlukan. Tetapi akan lebih baik jika dukungan diberikan
dengan bentuk lain seperti penyediaan infrastruktur dan riset pertanian.
3. Memperbolehkan siapapun untuk melakukan impor, dibandingkan
dengan hanya memberikan izin pada beberapa pihak tertentu.
4. Memberikan kewenangan penetapan kebijakan bea masuk dan
kebijakan perdagangan lainnya pada satu kementerian saja, untuk
menghindari konflik antar kementerian yang berbeda.
IV. PEMBATASAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH YANG MERUGIKAN USAHA LOKAL DAN ORANG
MISKIN.
Salah satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin di daerah
pedesaan adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian. Setengah dari
penghasilan masyarakat petani miskin berasal dari usaha pendukung
pertanian. Untuk meningkatkan penghasilan tersebut, terutama yang berasal
dari usaha kecil dan menengah, perlu dibangun iklim usaha yang lebih
kondusif. Sayangnya, pemerintah daerah berlomba-lomba meningkatkan pendapatan mereka dengan cara mengenakan pajak dan pungutan daerah yang lebih tinggi. Usahawan pada saat ini harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengurus berbagai
izin yang sebelumnya dapat mereka peroleh secara cuma-cuma. Belum lagi
beban dari berbagai pungutan liar yang harus dibayarkan untuk menjamin
pengangkutan barang berjalan secara lancar dan aman. Berbagai biaya ini
menghambat pertumbuhan usaha di tingkat lokal dan menurunkan harga
jual yang diperoleh penduduk miskin atas barang yang mereka produksi.
Oleh karena itu pemerintah dapat berusaha menurunkan beban yang
ditanggung oleh penduduk miskin dengan cara:
1. Menggantikan sistem pajak daerah yang berlaku dengan mengeluarkan
daftar sumber penghasilan yang boleh dipungut oleh pemerintah
daerah. Daftar tersebut harus mencakup sumber penghasilan yang
dapat meningkatkan penghasilan daerah secara signifikan, misalnya
sumber penghasilan dari pajak bumi dan bangunan.
2. Menghentikan pungutan pajak dan retribusi daerah yang tidak diperlukan,
dengan mengharuskan pemerintah daerah untuk mengadakan
pengkajian dampak suatu peraturan sebelum mengeluarkan pungutan
baru. Pungutan yang akan diambil itu juga harus diumumkan di berbagai
media, untuk memberikan kesempatan pada pengusaha dan sektor swasta
lainnya mengajukan masukan dan komentar.
3. Menciptakan dan memperbaiki sistem pelayanan satu atap dan
meningkatkan kemampuan serta pemberian insentif pada berbagai
elemen pemerintahan daerah. Cara ini dapat meningkatkan efisiensi
dalam pemberian pelayanan.
4. Membentuk sebuah komisi dalam mengawasi pungutan-pungutan liar
dan pembayaran yang dilindungi. Penanggulangan masalah ini
merupakan suatu hal yang sulit dilakukan, tetapi sangat penting untuk
memperbaiki iklim investasi. Komisi ini harus dapat menghasilkan proposal
untuk menanggulangi masalah pungutan liar tersebut dalam
waktu enam bulan setelah dibentuk.
V. PEMBERIAN HAK PENGGUNAAN TANAH BAGI PENDUDUK MISKIN.
Adanya kepastian dalam kepemilikan tanah merupakan faktor penting untuk
meningkatkan investasi dan produktifitas pertanian. Pemberian hak atas tanah
juga membuka akses penduduk miskin pada kredit dan pinjaman. Dengan
memiliki sertifikat kepemilikan mereka dapat meminjam uang,
menginvestasikannya dan mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari aktifitas
mereka1. Sayangnya, hanya 25 persen pemilik tanah di pedesaan yang
memiliki bukti legal kepemilikan tanah mereka. Ini sangat jauh dari kondisi
di Cina dan Vietnam, dimana sertifikat hak guna tanah dimiliki oleh hampir
seluruh penduduk. Program pemutihan sertifikat tanah di Indonesia berjalan
sangat lambat. Dengan program pemutihan yang sekarang ini dijalankan,
dimana satu juta sertifikat dikeluarkan sejak 1997, dibutuhkan waktu seratus
tahun lagi untuk menyelesaikan proses tersebut. Disamping itu, kepemilikan
atas 64 persen tanah di Indonesia tidaklah dimungkinkan, karena termasuk
dalam klasifikasi area hutan. Walaupun pada kenyataannya, di area tersebut
terdapat lahan pertanian, pemukiman, bahkan daerah perkotaan. Agar
masyarakat miskin dapat menikmati adanya kepastian atas kepemilikan tanah
mereka, hal-hal di bawah ini patut mendapat pertimbangan:
1. Mempercepat program sertifikasi tanah secara dramatis agar setidaknya
mencapai tingkatan yang sama dengan rata-rata negara Asia Timur lainnya.
2. Mengkaji ulang dan memperbaiki undang-undang pertanahan,
kehutanan dan juga pertanian.
3. Mengkaji kemungkinan redistiribusi tanah milik perusahan negara yang
tidak digunakan kepada masyarakat miskin yang tidak memiliki tanah.
4. Mengakomodasi kepemilikan komunal atas tanah sebagai salah satu
bentuk kepemilikan. Prinsip yang terpenting adalah kepastian dalam
penggunaan tanah, bukan hanya pada kepemilikan secara pribadi.
5. Mendukung adanya penyelesaian masalah pertanahan secara
kekeluargaan, disamping membentuk peradilan khusus mengenai
masalah pertanahan.
6. Mempersiapkan peraturan yang menjamin kepastian hukum bagi
masyarakat miskin yang tinggal di area perhutanan.
VI. MEMBANGUN LEMBAGA-LEMBAGA PEMBIAYAAN MIKRO YANG MEMBERI MANFAAT PADA
PENDUDUK MISKIN.
Sekitar 50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik terhadap
lembaga pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening
tabungan. Kondisi ini terlihat lebih parah di daerah pedesaan. Solusinya
bukanlah dengan memberikan pinjaman bersubsidi. Program pemberian
pinjaman bersubsidi tidak dapat dipungkiri telah memberi manfaat kepada
penerimannya. Tetapi program ini juga melumpuhkan perkembangan
lembaga pembiayaan mikro (LPM) yang beroperasi secara komersial. Padahal,
lembaga-lembaga semacam inilah yang dapat diandalkan untuk melayani
masyarakat miskin secara lebih luas. Solusi yang lebih tepat adalah
memanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial
kepada lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut. Berbagai langkah
penting yang dapat diambil untuk meningkatkan akses penduduk miskin
atas kredit pembiayaan adalah:
1. Menyelesaikan rancangan undang-undang mengenai LPM yang
memberikan dasar hukum dan kerangka kelembagaan bagi lembaga
pembiayaan mikro untuk menghimpun dan menyalurkan dana bagi
penduduk miskin.
2. Membangun hubungan antara sektor perbankan dengan LPM, misalnya
dengan memberikan kesempatan bagi BKD untuk menjadi agen untuk
bank-bank komersial dalam menghimpun dan menyalurkan dana.
3. Menghentikan penyaluran bantuan modal dan skema pinjaman yang
disubsidi. Dana sebanyak tiga trilliun rupiah yang selama ini disalurkan,
dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan
lembaga pembiayaan mikro, baik yang formal maupun yang berasal
dari inisiatif masyarakat setempat, untuk dapat mengjangkau kalangan
yang lebih luas.
4. Mengesahkan revisi Undang-Undang Koperasi guna memberikan
kerangka hukum yanglebih baik untuk pengembangan pembiayaan
mikro, termasuk mewajibkan adanya audit dan pengawasan eksternal
bagi koperasi simpan pinjam.
VII. PERBAIKAN ATAS KUALITAS PENDIDIKAN DAN PENYEDIAAN PENDIDIKAN
TRANSISI UNTUK SEKOLAH MENENGAH.
Indonesia telah mencapai hasil yang memuaskan dalam meningkatkan
partisipasi di tingkat pendidikan dasar. Hanya saja, banyak anak-anak dari
keluarga miskin yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dan terpaksa keluar
dari sekolah dasar sebelum dapat menamatkannya (lihat gambar dibawah).
Hal ini terkait erat dengan masalah utama pendidikan di Indonesia, yaitu
buruknya kualitas pendidikan. Pemerintah dapat memperbaiki kualitas
pendidikan dan mencegah terputusnya pendidikan masyarakat miskin
dengan cara:
1. Membantu pengembangan manajemen dan pembiayaan pendidikan
yang bertumpu pada peran sekolah. Pemerintah di tingkat kabupaten
dan kota perlu didorong untuk menyediakan dana bagi sekolah dalam
bentuk block grants. Dengan begitu transparansi dan pengawasan
masyarakat akan dapat ditingkatkan. Dana sekolah tersebut harus
disusun sesuai prinsip transparansi dan prosedur yang jelas. Dengan
meningkatnya akuntabilitas sekolah kepada masyarakat, kualitas
pendidikan akan dapat ditingkatkan.
2. Menyediakan dana bantuan pendidikan bagi masyarakat miskin. Dana
tersebut berasal dari pemerintah pusat yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan rencana pengembangan pendidikan di daerah. Dana
ini dapat disalurkan dalam bentuk DAK dan ditargetkan untuk
membantu sekolah yang menyediakan pendidikan bagi masyarakat
miskin serta tidak dapat memenuhi standar yang dibutuhkan.
Pemberian dana ini dapat dikaitkan dengan kondisi perbaikan mutu
dan tambahan bagi iuran sekolah.
3. Mengubah beasiswa Jaring Pengaman Sosial menjadi program beasiswa
untuk membantu siswa dari kalangan miskin dalam masa transisi dari
sekolah dasar ke sekolah lanjutan.
VIII.MENGURANGI TINGKAT KEMATIAN IBU PADA SAAT PERSALINAN.
Hampir 310 wanita di Indonesia meninggal dunia pada setiap 10.000
kelahiran hidup. Angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Tingkat
kematian menjadi tinggi terkait dengan dua sebab. Pertama karena ibu yang
melahirkan sering terlambat dalam mencari bantuan medis. Sering terjadi
juga bantuan medis yang dibutuhkan tersebut tidak tersedia. Kedua karena
kebanyakan ibu yang melahirkan lebih memilih untuk meminta bantuan
bidan tradisional daripada fasilitas medis yang tersedia. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kematian
tersebut, yaitu:
1. Meluncurkan kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran atas
manfaat penanganan medis professional pada saat persalinan, serta
periode sebelum dan sesudahnya.
2. Menyediakan bantuan persalinan gratis bagi penduduk miskin, baik di
klinik kesehatan maupun dengan bantuan bidan desa. Lebih jauh lagi,
pemerintah dapat menyediakan bantuan transportasi pada klinik
kesehatan setempat. Bantuan ini dapat dikelola melalui sistem kartu
kesehatan yang telah ada.
3. Meningkatkan pelatihan bagi bidan desa, baik secara formal maupun
dengan melibatkan mereka pada pelayanan medis. Berbagai usaha
untuk memperluas jangkauan pelayanan bidan desa di daerah-daerah
terisolir juga patut mendapat perhatian.
IX. MENYEDIAKAN LEBIH BANYAK DANA UNTUK DAERAH-DAERAH MISKIN.
Kesenjangan fiskal antar daerah di Indonesia sangatlah terasa. Pemerintah
daerah terkaya di Indonesia mempunyai pendapatan per penduduk 46 kali
lebih tinggi dari pemerintah di daerah termiskin. Akibatnya pemerintah
daerah yang miskin sering tidak dapat menyediakan pelayanan yang
mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pemberian dana yang
terarah dengan baik dapat membantu masalah ini. Untuk memecahkan
masalah tersebut, pemerintah dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
1. Memperbaiki formulasi Dana Alokasi Umum (DAU) agar memungkinkan
pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan dasar yang cukup
baik. DAU dimaksudkan untuk membantu kesenjangan keuangan antar
daerah berdasarkan formula yang memperhitungkan tingkat
kemiskinan, luas wilayah, jumlah penduduk, biaya hidup dan kapasitas
fiskal. Tetapi pada kenyataannya, dana ini masih dialokasikan berdasar
pola pengeluaran pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu penetapan
besar DAU harus lebih banyak didasarkan formula di atas, bahkan
dengan memberikan porsi yang lebih besar pada tingkat kemiskinan.
2. Meningkatkan pemberian DAK untuk menunjang target program
nasional pengentasan kemiskinan. Dana Alokasi Khusus dapat menjadi
insentif bagi pemerintah daerah untuk memenuhi target penurunan
tingkat kemiskinan. Oleh karena itu DAK harus ditingkatkan fungsinya
dan dikaitkan dengan program pengentasan kemiskinan, termasuk
infrastruktur di daerah pedesaan, kesehatan, pendidikan, serta
penyediaan air bersih dan sanitasi. Daerah yang lebih miskin harus
dapat menerima DAK yang lebih besar, mengingat DAU belum dapat
memperkecil kesenjangan pembiayaan antar daerah. Peningkatan DAK
dapat dilakukan dengan memotong anggaran pemerintah pusat di
daerah melalui departemen teknis, yang selama ini dikenal sebagai
Daftar Isian Proyek (DIP).
X. MERANCANG PERLINDUNGAN SOSIAL YANG LEBIH TEPAT SASARAN.
Program perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin
serta subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakan belum mencapai sasaran
dengan baik. Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia mengeluarkan Rp 74
trilliun untuk perlindungan sosial. Angka ini lebih besar dari pengeluaran di
bidang kesehatan dan pendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat
dinikmati oleh penduduk miskin, sementara sekitar Rp60 trilliun lebih banyak
dinikmati oleh masyarakat mampu. Secara rata-rata, rumah tangga miskin
hanya memperoleh subsidi sebesar Rp12.000 untuk beras dan Rp 9.000 untuk
minyak tanah setiap bulannya. Pemerintah dapat meningkatkan bantuan pada
masyarakat miskin disamping mengadakan penghematan dengan cara:
1. Mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Sebagian besar BBM
digunakan untuk keperluan kendaraan bermotor, yang lebih banyak
dinikmati oleh golongan menengah dan kaya. Pemotongan subsidi BBM
dalam anggaran 2005 dapat menghemat Rp 15 trilliun. Jika harga solar
dapat dinaikkan ke harga tertinggi yang ditetapkan oleh Keppres, maka
akan didapat tambahan penghematan sebesar Rp 12 trilliun.
2. Menggunakan tabungan pemerintah yang ada untuk mengembangkan
program perlindungan sosial, termasuk memperluas aktifitas program
tersebut, tetapi dengan sasaran yang lebih tepat.
3. Memperbaiki penetapan sasaran agar dapat menyentuh lebih banyak
penduduk miskin. Sistem pendataan penduduk miskin yang ada,
termasuk pemeringkatan oleh BKKBN, mahal dan sering tidak akurat.
Pemerintah dapat menjalankan program bantuan dengan menggunakan
peta kemiskinan. Peta ini, disusun oleh BPS, memberikan informasi
mengenai kecamatan-kecamatan termiskin yang patut mendapatkan
bantuan. Penduduk miskin di daerah tersebut kemudian dapat
dijangkau melalu kombinasi: (i) penetapan sasaran keluarga miskin
dengan melibatkan masyarakat setempat dalam proses identifikasi,
penyerahan dan pengawasan program bantuan tersebut; serta (ii)
dengan merancang program tersebut sedemikian rupa sehingga hanya
dalam bentuk beras bermutu rendah, serta minyak tanah yang dikemas
dalam botol dapat mencapai sasaran yang lebih baik. Sementara itu,
menerapkan prinsip kompetisi dalam distribusi beras dan minyak tanah
akan mengurangi biaya lebih jauh lagi.
4. Membentuk gugus tugas yang mengkaji sistem perlindungan sosial.
Saat ini program perlindungan bantuan sosial dan berada di bawah
kewenangan beberapa kementerian yang berbeda. Kebanyakan
dijalankan pada saat krisis tanpa dilengkapi sistem pengawasan dan
penilaian yang memadai. Untuk memaksimalkan manfaat b
PENGERTIAN KRIMINALITAS
Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana telah berusaha memberikan pengertian kejahatan secara yuridis berarti segala tingkah laku manusia yang dapat dipidana ,yang diatur dalam hukum pidana. Kriminalitas atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembnuh, perampok, atau teroris. Walaupun begitu kategori terakhir, teroris, agak berbeda dari kriminal karena melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham.
Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah negara hukum: seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku tindak kriminal yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman disebut sebagai terpidana atau narapidana.Dalam mendefinisikan kejahatan, ada beberapa pandangan mengenai perbuatan apakah yang dapat dikatakan sebagai kejahatan. Definisi kejahatan dalam pengertian yuridis tidak sama dengan pengertian kejahatan dalam kriminologi yang dipandang secara sosiologis.
Secara yuridis, kejahatan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang melanggar undang-undang atau ketentuan yang berlaku dan diakui secara legal. Secara kriminologi yang berbasis sosiologis kejahatan merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat korban) dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat. Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi non-formal.
Berikut pengertian kejahatan dipandang dalam berbagai segi:
• Secara yuridis, kejahatan berarti segala tingkah laku manusia yang dapat dipidana,yang diatur dalam hokum pidana.
• Dari segi kriminologi,setiap tindakan Dari segi kriminologi setiap tindakan atau perbuatan tertentu yang tindakan disetujui oleh masyarakat diartikan sebagai kejahatan. Ini berarti setiap kejahatan tidak harus dirumuskan terlebih dahulu dalam suatu peraturan hokum pidana. Jadi setiap perbuatan yang anti social,merugikansertab menjengkelkan masyarakat,secara kriminologi dapat dikatakan sebagai kejahatan
• Arti kejahatan dilihat dengan kaca mata hokum, mungkin adalah yang paling mudah dirumuskan secara tegas dan konvensional. Menurut hokum kejahatan adalah perbuatan manusia yang melanggar atau bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam kaidah hokum; tegasnya perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah hokum,dan tidak memenuhi atau melawan perintah-perintah yang telah ditetapakan dalam kaidah hokum yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan bertempat tinggal.(Soedjono. D,S.H.,ilmu Jiwa Kejahatan,Amalan, Ilmu Jiwa Dalam Studi Kejahatan,Karya Nusantara,Bandung,1977,hal 15).
Relatifnya kejahatan bergantung pada ruang,waktu,dan siapa yang menamakan sesuatu itu kejahatan. “Misdad is benoming”, kata Hoefnagels; yang berarti tingkah laku didefenisikan sebagai jahat oleh manusia-manusia yang tidak mengkualifikasikan diri sebagai penjahat. (J.E. Sahetapy, Kapita Selekta Kriminologi,Alumni, Bandung, 1979,hlm.67.)
Dalam konteks itu dapat dilakukan bahwa kejahatan adalah suatu konsepsi yang bersifat abstrak. Abstrak dalam arti ia tidak dapat diraba dan tidak dapat dilihat,kecuali akibatnya saja.
PENGERTIAN PENJAHAT DAN JENIS-JENISNYA
Orang yang bagaimana yang dimaksudkan sebagai seorang penjahat? Di dalam pikiran umum,perkataan “penjahat” berarti mereka yang dimusuhi masyarakat. Di dalam arti inilah Trade menyatakan bahwa para penjahat adalah sampah masyarakat.Berdasarkan tradisi hokum (peradilan) yang demokratis bahkan eorang yang mengaku telah melakukan suatu kejahatan ataupun tidak dipandang sebagai seorang penjahat sampai kejahatannya dibuktikan menurut proses peradilan yang telah ditetapkan.
Maka sesuai dengan itu, seorang penjaga penjara tidak akan dapat dibenarkan menurut hokum kalau menerima sesorang yang tidak pernah resmi dinyatakan bersalah dan dihukum,dan para pejabat Negara tidak akan dapat secara benar-benar menghilangkan hak-hak sipil kepada orang-orang yang tidak pernah dinyatakan bersalah mengenai suatu kejahatan. Begitu pula halnya,para ahli kriminologi tidak dapat secara benar-benar dapat dipertanggung jawabkan menetapkan sebagai penjahat kepada orang-orang yang bertingkah laku secara antisocial,tetapi tidak melanggar suatu undang-undang pidana.(Ibid,hal 34,35).
Di Indonesia secara tegas tidak dijumpai orang yang disebut penjahat; dalam peruses peradilan pidana,kita hanya mengenal secara resmi istilah-istilah : tersangka,tertuduh,terdakwa dan terhukum atau terpidana. Sedangkan kata-kata seperti penjahat,bandit,bajingan hanya dalam kata sehari-hari yang tidak mendasar pada ketentuan hokum.
A. Adapun tipe atau jenis-jenis menurut penggolongan para ahlinya adalah sebagai berikut ;
1. Penjahat dari kecendrungan(bukan karena bakat).
2. Penjahat karena kelemahan(karena kelemahan jiwa sehingga sulit menghindarkan diri untuk tidak berbuat).
3. Penjahat karena hawa nafsu yang berlebihan dan putus asa.penjahat terdorong oleh harga diri atau keyakinan.
B. Pembagian menurut Seelig :
1. Penjahat karena segan bekerja.
2. Penjahat terhadap harta benda karena lemah kekuatan bathin untuk menekan godaan.
3. Penjahat karena nafsu menyarang.
4. Penjahat karena tidak dapat menahan nafsu seks.
5. Penjahat karena mengalami krisis kehidupan
6. penjahat terdorong oleh pikirannya yang masih primitive.
7. Penjahat terdorong oleh keyakinannya.
8. Penjahat karena kurang disiplin kemasyarakatan.
9. Penjahat campuran ( gabungan dari sifat-sifat yang terdapat pada butir 1 s/d 8 )
C. Pembagian menurut Capelli
1. Kejahtan karena factor-faktor psikopathologis, yang pelakunya terdiri dari
a) Orang-orang yang sakit jiwa.
b) Orang-orang yang berjiwa abnormal (sekalipun tidak sakit jiwa).
2. Kejahatan karena factor-faktor cacad atau kemunduran kekuatan jiwa dan raganya,yang dilakukan oleh :
a) Orang-orang yang menderita cacad setelah usia lanjut.
b) Orang-orang menderita cacad badaniah atau rohaniah sejak masa kanak-kanak ; sehingga sukar menyesuaikan diri di tengah masyarakatnya.
3. Kejahatan karena factor-faktor social yang pelakunya terdiri dari :
Penjahat kebiasaan.
a) Penjahat kesempatan,karena menderita kesulitan ekonomi atau kesulitan fisik.
b) Penjahat yang karena pertama kali pernah berbuat kejahatan kecil yang sifatnya kebetulan dan kemudian berkembang melakukan kejahatan yang lebih besar dan lebih sering.
c) Orang-orng yang turut serta pada kejahatan kelompok seperti, pencurian-pencurian di pabrik dan lain sebagainya.
Bila kita perhatikan kategori jenis-jenis pelanggar hokum atau disebut dalam bahasa inggris Criminal , yang sementara kita alih bahaskan dengan penjahat ; maka terdapat diantarnya penjahat yang dalam melakukan kejahatannya dengan:
1. Kesadaran yang memang sudah merupakan pekerjaannya (professional criminal). Yang dapat dilakukan oleh perorangan seperti penjahat-penjahat bayaran, yang diupah untuk menganiaya atau bahkan membunuh. Atau dilakukan secara kelompok dan teratur seperti dalam bentuk kejahatan yang diorganisir (beda misalnya Donald R Cressey “Criminal Organization”,Heiniman Educational Books,London,1972)
2. Kesadaran bahwa tindakan tersebut harus dilakukan sekalipun merupakan pelanggaran hokum ; yaitu penjahat yang melakukan kejahatan dengan ditimbang-timbang atau dengan persiapan terlebih dahulu.
3. Kesadaran bahwa pelaku tidak diberi kesempatan oleh masyarakat atau pekerjaan dalam masyarakat tak bias memberi hidup,sehingga memilih menjadi resdidivisi.
SEBAB TERJADINYA KRIMINALITAS DAN JENIS-JENISNYA
Sebab –sebab terjadinya kejahatan adalah bermacam-macam . Walaupun secara jelas belum dapat diberikan sutu teori tentang sebab-sebab kejahatan, namun banyak factor yang telah diidentifikasikan ,yang sedikt banyaknya mempunyai korelasi dengan frekuensi kejahatan. Factor-faktor tersebut secara kasar dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori,walaupun demarkasi antara ketiganya tidak selalu jelas, yaitu:
1. Kondisi-kondisi social yang menimbulkan hal-hal yang merugikan hidup manusia. Kemiskinan yang meluas dan pengangguran,pemerataan kekayaan yang belum berhasil diterapkan, pemberian ganti rugi tidak memadai, pada orang-orang yang tanahnya diambil pemerintah kurangnya fasilitas pendidikan,dan lain-lain.
2. Kondisi yang ditimbulkan oleh urbanisasi dan industrialasai. Indonesia sebagai suatu Negara berkembang sebenarnya menghadapi suatu dilemma. Pada satu pihak merupakan suatu keharusan untuk melaksanakan pembangunan,dan pada pihak lain pengakuan yang bertambah kuat, bahwa harga diri pembangunan itu ,adalah peningkatan yang menyolok dari kejahatan. Luasnya problema yang timbul karena banyaknya perpindahan, dan peningkatan fasilitas kehidupan,bisanya ,biasanya dinyatakan sebagai “urbanisasi yang berlebihan” (overurbanization) dari suatu Negara. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan peningkatan kejahatan yang tambah lama tambah kejam diluar kemanusiaan.
3. Kondisi lingkungan yang memudahkan orng melakukan kejahatan. Contoh-ciontoh adalah memamerkan barang-barang dengan menggiurkan di supermarket,mobil dan rumah yang tidak terkunci ,took-toko yang tidak dijaga, dan kurangnya pengawasan atas senjata api dan senjata-senjata lain yang berbahaya. Tidak diragukan bahwa banyak calon-calon penjahat yang ingin melakukannya jika melakukannya jika pelaksanannya secara fisik dibuat sulit.(anami)
Cavan membagi 9 jenis kejahatan yang dijumpai di Amerika.
1. The Casual Offender
2. the Occasional Criminal
3. the Episodic Criminal
4. The White Collar Criminal
5. The Habitual Criminal
6. The Proffesional Criminal
7. Organized Crime
8. The mentally Abnormal criminal27) (Sudjono.D.S.H.,Kriminalitas dan ilmu Forensik,bandung ,1976.hal 97)
9. The nonmalicious Criminal
Adalah:
1. Pelanggaran – pelanggaran ringan.
2. Kejahatan – kejahatan ringan.
3. Kejahatan yang disebabkan oleh dorongan emosi.
4. Kejahatan yang dilakukan oleh orang – orang yang berstatus sosial tinggi dan perbuatannya terselubung dalam jabatannya.
5. Penjahat yang mengulang – ngulang perbuatan jahatnya.
6. Penjahat yang melakukan kejahatannya sebagai suatu nafkah.
7. Kejahatan – kejahatan yang diorganisir umumnya bergerak di bidang pengedaran gelap narkotik, perjudian, rumah – rumah prostitusi dan lain –lain.
8. penjahat-penjahat yang melakukan peerperbuatannya karena ketidaknormalan (psychopatis dan psychotis).
9. Penjahat atau katakanlah pelanggar – pelanggar hukum, yang melakukan perbuatan yang menurut kesadaran dan atau kepercayaan bukan merupakan kejahatan bahkan menganggapnya suci.
Sedangkan W.A.Bonger dalam buku kecilnya Pengantar Tentang Kriminologi, secara sederhana dan lebih bersifat umum dan universal, membagi kejahatan dalam 4 jenis, yaitu :
1. Kejahatan ekonomi
2. Kejahatan kekerasan
3. Kejahatan Seks
4. Kejahatan Politik
Pembagian tersebut didasarkan pada motivasi dilakukannya kejahatan tersebut yang berhubungan dengan factor-faktor ekonomi yaitu dorongan untuk melakukan kekerasan dan siksaan, dorongan seksual dan motif -motif politis.
Jenis-jenis kriminalitas yang telah diklasifikasikan oleh Cavan dan W.A. Bonger di atas, kecuali pelanggaran-pelanggaran ringan dan kejahatan-kejahatan ringan pada point 1 dan 2 dalam klasifikasi yang diurutkan oleh Cavan, semuanya dapat menyebabkan kematian, apabila suatu kriminalitas itu berakhir dengan pembunuhan.
SOLUSI kriminalitas
Di Indonesia, data-data kepolisian menunjukkan terjadinya kejahatan sebagai berikut (Vide, Majalah Selecta, 1116 Tahun XXV).
a. Pencurian dengan kekerasan terjadi pada setiap 4,5 menit
b. Penganiayaan berat terjadi pada setiap 31 menit
c. Pemerasan terjadi pada setiap 3 jam
d. Pemerkosaan terjadi pada setiap 3,5 jam.
e. Penculikan terjadi pada setiap 4,5 jam.
f. Pembunuhan terjadi pada setiap 4,5 jam.
Demikian kenyataan gambaran kejahatan yang melanda masyarakat Indonesia yang boleh dikatakan telah menjadi penyakit yang perlu mendapat perawatan segera, yang menantang para pemimpin, ahli-ahli hukum, para psikolog, pemerintah dan lain-lainnya, terutama para orang-orang tua untuk mencegah daya jelajahnya agar jangan sampai menular pada generasi penerus bangsa yaitu anak-anak.
Beberapa alasan mengapa mencurahkan perhatian yang lebih besar pada pencegahan sebelum kriminalitas dan penyimpangan lain dilakukan.
Adapun alasannya sebagai berikut:
1. Tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada tindakan represif dan koreksi. Usaha pencegahan tidak selalu memerlukan suatu organisasi yang rumit dan birokrasi, yang dapat menjurus ke arah birokratisme yang merugikan penyalahgunaan kekuasaan/wewenang. Usaha pencegahan adalah lebih ekonomis bila dibandingkan usaha represif dan rehabilitasi. Untuk melayani jumlah orang yang lebih besar jumlahnya tidak diperlukan banyak dan tenaga seperti pada usaha represif dan rehabilitasi menurut perbandingan. Usaha pencegahan juga dapat dilakukan secara perorangan / sendiri-sendiri dan tidak selalu memerlukan keahlian seperti pada usaha represif dan rehabilitasi. Misalnya menjaga diri jangan sampai menjadi korban kriminalitas, tidak lalai mengunci rumah/kenderaan, memasang lampu di tempat gelap dan lain-lain.
2. Usaha pencegahan tidak perlu menimbulkan akibat yang negatif seperti antara lain: stigmatisasi (pemberian cap pada yang dihukum / dibina), pengasingan, penderitaan dalam berbagai bentuk, pelanggaran hak asasi, permusuhan/kebencian terhadap satu sama lain yang dapat menjurus ke arah residivisme. Viktimisasi structural (penimbulan korban struktur tertentu dapat dikurangi dengan adanya usaha pencegahan tsb, misalnya korban suatu sistem hukuman, peraturan tertentu sehingga dapat mengalami penderitaan metal fisik dan social).
3. Usaha pencegahan dapat pula mempererat persatuan, kerukunan dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat. Dengan demikian, usaha pencegahan dapat membantu orang mengembangkan orang bernegara dan bermasyarakat lebih baik lagi. Oleh karena mengamankan dan mengusahakan strabilitas dalam masyarakat, yang diperlukan demi pelaksanaan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Usaha pencegahan kriminalitas dan penyimpangan lain dapat merupakan suatu usaha menciptakan kesejahteraan mental, fisik dan sosial seseorang.
Kita mengetahui bahwa pada masa yang silam reaksi hukuman atas kejahatan sangat berat tujuannya untuk menakut-nakuti masyarakat agar jangan melakukan kejahatan, dan siksaan sebagai pembalasan. Hingga kini masih tampak usaha mengurangi kejahatan dengan memperberat sanksi-sanksi pidananya sekalipun. Kita tahu bahwa cara-cara tersebutb tidak efisien. Itulah sebabya Politik Kriminal (cara-cara menanggulangi kejahatan) condong ke arah rehabilitasi narapidana dan mencegah kemungkinan timbulnya kejahatan debgan usaha pendidikan dan pergaulan tradisional (kekeluargaan) yang bernilai dalam hal ini pengetahuan tentang faktor-faktor kriminogen dalam masyarakat yang bersangkutan adalah sangat penting karena dengan diketahuinya faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejahatan kita akan mempunyai pegangan di dalam politik kriminal homogen yang bila kita bentuk akan melindungi masyarakat. Dalam hal ini, dapat dilakukan tindak cara :
Satu : Pemisahan (pengasingan) yang relatif permanen antaa penjahat dan masyarakat harus ditiadakan karena pemisahan tersebut hanya akan menimbulkan masyarakat dengan pelanggaran saja, tetap tidak memperbaiki narapidana itu sendiri.
Dua : Politik ini kena dituangkan ke dalam masyarakat tanpa mengalihkan mereka ke dalam proporsi luas yang tidak mempunyai kepastian di dalam masyarakat yang terorganisasi yang merupakan kebudayaan umum yang anti kriminal.
Tiga : Politik ini akan memberikan batasan kepada individu dan situasi sosial yang sering kali timbul. Proteksi terhadap kejahatan perlu diadakan perubahan.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa di dalam masyarakat yang terorganisasi mencela kejahatan sama kerasnya dengan mencela hukuman-hukuman berat, dan mempunyai pendapat bahwa pengawasan dan pencegahan akan berpengaruh lebih besar terhadap kejahatan.
Dapat dikatakan perilaku kriminal adalah suatu perilaku yang beradaptasi pada suatu hasil kondisi lingkungan tertentu. Dengan demikian kita sampai pada perhatian adaptasi pada suatu lingkungan sebagai suatu proses yang menetukan. Dikatakan bahwa perilaku kriminal itu mengandung beberapa unsur lain seperti :
a. Unsur pendukung pada suatu perbuatan kriminal.
b. Resiko yang dikandung dalam pelaksanaan suatu kriminalitas.
c. Masa lampau yang mengkondisikan seorang individu terlibat.
d. Struktur kemungkinan untuk melakukan suatu kriminalitas.
Unsur yang terakhir kemungkinan/kesempatan untuk melakukan kriminalitas juga ada hubungannya dengan pola-pola respons yang berbeda-beda karena seseorang individu tidak akan berlaku kriminal dan menimbulkan korban sampai ada suatu kesempatan untuk berbuat kriminal muncul dengan sendirinya dalam suatu lingkungan. Lokasi kriminalitas ada pada suatu lingkungan dan tidak ada pada seorang individu. Suatu struktur lingkungan yang sesuai bagi seseorang akan memungkinkan orang tersebut menjadi kriminal atau tidak kriminal. Misalnya : sistem pengawasan lemah dan lingkungan yang sepi, gelap dan berdesak-desak.
Usaha pencegahan mempunyai beberapa persoalan dalam pelaksanaanya dan menimbulkan persoalan lain lebih lanjut antara lain :
1. Persoalan partisipasi dan tanggung jawab
a. Sejauh manakah setiap anggota masyarakat kota sadar dan merasa ikut serta betanggung jawab dalam usaha pencegahan kriminalitas ini sesuai dengan kemampuannya masing-masing di daerah perkotaan dan mempunyai akibat yang positif dan negatif. Misalnya bersedia bertindak atau melapor pada yang berwajib apabila menjadi korban suatu tindakan kriminal atau melihat langsung suatu kriminalitas, karena merasa ikut bertanggung jawab secra langsung atau tidak dalam timbulnya kriminalitas dalam suatu masyarakat. Adanya kesadaran untuk melapor pada yang berwajib apabila menjadi korban atau melihat orang lain menjadi korban kriminalitas; kesadaran untuk ikut membantu mencegah kriminalitas dengan ikut meronda, melakukan pengawasan pengadaan dana untuk kegiatan pada anak dan pemuda agar tidak menjadi delinquent.
b. Masih adanya asumsi bahwa pemerintah saja yang bertanggung jawab terhadap kriminalitas sehingga rakyat segan untuk ikut serta dalam usaha pencegahan tsb. Apalagi bila keinginan berpartisipasi dalam berbagai bentuk tidak mendapat sambutan atau dikembangkan dengan baik.
c. Persoalan disini adalah bagaimana mengembangkan kegairahan anggota masyarakat dalam usaha pencegahan tersebut sebagai warga kota yang baik (cara penyuluhan, isi penyuluhan)
2. Persoalan kooperasi dan koordinasi antara para partisipasi dalam pencegahan kriminalitas. Tidak adanya kooperasi dan koordinasi dalam usaha pencegahan kriminalitas merupakan hambatan pelaksanaaan pencegahan tersebut malahan dapat menimbulkan kriminalitas karena pertentangan yang tidak sehat (perlu diperhitungkan halangan dari organisasi kriminal dan politik). Misalnya tidak ada kerja sama antara badan-badan penegak hokum, saling berselisih paham dalam usaha pencegahan kriminalitas, karena prestise atau tidak rela pihak-pihak lain mendapat pujian, saling lepas tangan/tidak mau bertanggungjawab. Adanya organisasi kriminal dan politik yang menghalangi usaha pencegahan dan penertiban keamanan, karenajustru mempertahankan ketidaktertiban dan kekacauan demi kepentingan organisasi.
3. Persoalan planning dan program yang berhubungan erat dengan kooperasi dan koordinasi pencegahan kriminalitas. Tidak adanya planning dan program dalam usaha pencegahan kriminalitas mempersulit kooperasi dan koordinasi dalam usaha pencegahan kriminalitas (terutama dalam rangka pencegahan melalui perbaikan lingkungan dan perilaku). Misalnya, konflik kegiatan pencegahan antara badan-badan penegak hukum yang bertanggung jawab terhadap pengadaan keamanan dan ketertiban yang saling tidak setuju mengenai bentuk, lay out, penggunaan sarana dan cara pembinaan perilaku anggota masyarakat dan aparatur Pemerintah (Ibid, hal 18,19)
4. Untuk membuat planning dan program yangdapat dipertanggung jawabkan diperlukan data sebagai hasil penelitian. Maka persoalan yang timbul sekarang adalah yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian tersebut dengan fasilitas para pelaksana / tenaga dan dana. Misalnya, sarana, dana, pelaksanaan kebijakasanaan, rumusan Undang-Undang / peraturan penafsiran yang berbeda antara para partisipasi dalam usaha pencegahan kriminalitas.
5. Yang perlu juga mendapat perhatian adalah persoalan yang berhubungan dengan faktor-faktor lain yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pencegahan kriminalitas di daerah perkotaan.
6. Persoalan perlu ada tidaknya peraturan / Undang-Undang yang menjamin pelaksanaan usaha pencegahan secara bertanggung jawab. Misalnya, Undang-Undang / peraturan yang merupakan dasar / pedoman dan menjamin adanya pemerataan kesempatan memenuhi keperluan fisik mental, sosial setiap anggota masyarakat sehingga tidak melakukan kriminalitas.
7. Persoalan pencegahan kriminalitas dengan cara menghapuskan peraturan yang merumuskan suatu perbuatan sebagai suatu tindakan kriminal. Dengan penghapusan peraturan tersebut, tidak selalu dihapuskan juga dengan sendirinya, masalah yang harus dihilangkan secara formal.
Mencegah kejahatan berarti menghindarkan masyarakat dari jatuhnya korban, penderitaan korban serta kerugian lainnya. Meskipun demikian hal pencegahan ini tugas Jaksa belum secara langsung tersangkut dalam kegiatannya, namun secara nasional kiranya perlu ada perhatian. Kegiatan pencegahan kejahatan meliputi :
. Persoalan perlu ada tidaknya peraturan / Undang-Undang. (Ini telah dilakukan pemerintah antara lain dengan siskamling).
b. Pencegahan serta usaha mengurangi segala macam disorganisasi sosial. (Ini dapat ditangani oleh Dep. Sosial, Dep. P & K, Dep. Tenaga Kerja, Pramuka dsb).
c. Penggalakan penyuluhan hukum dan pemberian bantuan hukum.
Suatu hal ynag sekali lagi perlu ditegaskan ialah : kejahatan adalah fungsi kompleksitas masyarakat. Dan makin banyak diadakan peraturan, makin banyak pula kemungkinan pelanggaran.
Sebaliknya : peradaban telah berkembang dengan penuh inkonsistensi dan banyak menimbulkan frustrasi antara lain dengan makin melebarnya jurang antara pola hidup warga yang kaya dengan rakyat banyak yang masih harus hidup di bawah garis kemiskinan.
Juga konflik kebudayaan, bentrok kepentingan ekonomi memerlukan pemikiran yang serius guna menemukan pemecahan yang tidak hanya untuk kepentingan warga masyarakat dalam satu negara, tetapi bagi seluruh dunia. Masalah narkotika, ‘mafia’ perdagangan gela / penyelundupan merupakan isu yang dapat merusak generasi muda dalam merongrong nasionalisme (Drs. Santosa, op cit, Hal 6)
Supaya dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya, maka petugas penegak hukum, polisi dan jaksa perlu menguasai sarana kerja guna mempercepat penyelesaian pengusutan perkara dengan cepat pula menemukan pelaku pelanggar hukum dengan cara yang manusiawi. Dan saran kerja itu antara lain adalah metode interview / interogasi di samping alat-alat lain yang diperlukan dalam pemeriksaan penyelidikan.
Penjahat yang merasa ‘dimengerti’ akan lebih mudah siap membuka diri untuk pengakuan daripada yang terus-menerus merasa terancam. Sesungguhnya penjahat yang tertangkap itu memerlukan perlindungan.
KATA PENUTUP
Kesimpulan dari makalah kami adalah:
1. Kemiskinan dan kriminalitas adalah masalah social yang masuk dalam criteria masalah utama
2. kemiskinan dan kriminalitas merupakan masalah yang umum di masyarakat
3. Dalam penggulangan keduanya dibutuhkan kerjasama dari beberapa ihak
Demikianlah makalah yang bisa kami buat. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir kata Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
LAMPIRAN
Pertanyaan dan jawaban
Pertanyaan
1.Oleh Ainur pujianti
Apakah penaggulangan pemerintah Indonesia terhadap masalah kriminalitas sudah maksimal?
Jawab : pada dasarnya masalah kriminalitas sudah diatasi namun memang belum maksimal. Kendalanya mungin bersangkutan atau berkaitan dengan kemiskinan. Jadi tingginya angka kriminalitas sebagian besar terjadi jika angka kemiskinan semakin tinggi pula. Namun secara garis besar uu yang berlaku dinegara kita cukup tegas. Sayang masalahnya biasanya di lembaga-lembaga yang menangganinya sering mempermainkan sehingga membuat pelaku kriminalitas tidak begitu jera. Ini nanti akan berhubungan dengan dinamika social. Bagaimana cara penaggulangannya
2.Oleh inda Rahmawati
Menurut anda apa saja yang sudah di lakukan pemerintah Indonesia untuk emngatasi masalah kemiskinan? Apakah sudah cukup?
Jawab: di Indonesia sepert yang bisa kita lihat usaha pemerintah untuk meminimalisirkan kemiskinan cukup bisa di acungi jempol. Pasalnya angka kemiskinan menurun setiap tahunya. Program pemerintah seperti BLT, sembako Jamkesmas..dan program yang baru-baru ini adalah kredit untuk UKM. Ini sangat membantu karena dengan wirausaha setidaknya akan berdampak pada perbaikan ekonomi rakyat.
3. Oleh Icha muhlisohN.B
Apakah kemiskinan bisa mempercepat penyebaran penyakit”
Jawab: ya, karena seperti yang kita tau pada umumnya orang miskin tinggal diwilayah yang maaf sebelumnya, kumuh. Jadi secara langsung tempat kumuh mempermudah penyebaran suatu penyakit. Selain itu mahalnya biaya kesehatan juga berpengaruh. Padahal jika masyaraka suatu bangsa itu sehat otomatis bisa bekerja dengan optimal.
DAFTAR PUSAKA
The World Bank, 2007, Understanding Poverty
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_14/artikel_4.htm
Analisa factor emiskinan USU repository
www. Indonesia expending horizon.com
wilkipedia Indonesia
sosiologi Sma X, Idianto Muin
www.ocku.net
Langganan:
Postingan (Atom)